Percobaan III
I.
Judul percobaan : Pemeriksaan gukosa urin
II.
Hari/ tanggal :
III.
Prinsip pemeriksaan : Glukosa dapat mereduksi ion kupri
dalam
reagen dalam larutan
alkalis sehingga terjai perubahan warna, dengan melihat warna yang terjadi
dapat diperkirakan kadar glukosa urin.
IV.
Metode pemeriksaan : Reaksi reduksi
V.
Tujuan pemeriksaan : untuk menentukan adanya glukosa dalam urin
secara semikuantitatif
VI.
Landasan teori
Dalam urin dapat dilakukan
dengan memakai reagens pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan
dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin
didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain
glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat
dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik
lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat
mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi
hanya sampai 250 mg/dl.
Tes glukosa urine adalah
pemeriksaan pada sampel urine untuk mengetahui ada tidaknya glukosa pada
urine. Pemeriksaan ini termasuk penyaringan dalam urinalisis.
Glukosa terbentuk dari
karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan otot
rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin, glukagon, dan
somatostatin.
Glukosa mempunyai sifat
mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan mengendap dalam bentuk merah
bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau keton bebas akan
memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak begitu
kuat) berguna untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi
negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/ke ton bebas).
Glukosa dalam urin ditentukan
dengan reaksi reduksi menggunakan reagen Benedict, Fehling dan Nylander. Cara
lainnya adalah menggunakan carik celup.
Reaksi benedict sensitive karena
larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh
larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, hingga
praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit endapan pada dasar
tabung. Uji benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai untuk
menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa
memberikan warna yang berlainan.
Pereaksi Benedict adalah larutan
yang dibuat dari campuran kuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat.
Glukosa dapat mereduksi ion C++ kuprisulfat menjadi ion
Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O. Adanya natrium
karbonat dan natrium sitrat membuat pereaksi Benedict bersifat basa lemah.
Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata. Warna
endapan ini tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa.
VII.
Metode kerja
A. Pra
Analitik
1. Persiapan
pasien : Tidak ada
persiapan khusus
2. Persiapan
sampel : Urin sewaktu
3. Alat
dan bahan
a. Alat
yang digunakan
1) Tabung
reaksi
2) Rak
tabung
3) Pipet
volume
4) Pipet
tetes
5) Filler
6) Lampu
spiritus
7) Gegep
kayu
b. Bahan
yang digunakan
1) Reagen
benedict
2) Urin
abnormal
3) Korek
api
4) Tissue
B. Analitik
1. Prosedur
kerja
a. Disiapakan
alat dan bahan
b. Diisi
dua tabung reaksi dengan reagen benedict masing-masing 2,5 ml
c. Dimasukan
urin pada salah satu tabung tersebut sebanyak 4 tetes
d. Dipanaskan
perlahan-lahan diatas lampu spiritus sampai terbentuk gelembung
e. Diangkat
dan dikocokisi tabung lalu didinginkan
f. Dibaca
hasil reaksinya
g. Dibandingkan
dengan tabung yang lain lalu lihat perbedaanya.
C. Pasca
Analitik
1. Hasil
pengaatan
Warna : Hijau kekuningan
: Posotif (+) atau 1+
: 0,5g – 1g
2. Gambar
hasil pengamatan
VIII.
Pembahasan
Kadar gula yang tinggi dibuang melalui air seni, dengan demikian air seni
penderita kencing manis yang mengandung glukosa sehingga sering dilebung atau
dikerebuti semut, selanjutnya orang tersebut akan kekurangan energi / tenaga,
muda lelah, emas, mudah haus, dan lapar sering
kesemutan, sering buang air kecil, gatal-gatal dan sebagainya. Kurang
dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin
(kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi
karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang
menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat
terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena
itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes
mellitus. Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa
oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna.
Normalnya glukosa tidak ada atau ada tapi dalam jumlah yang sangat kecil
didalam urin. Ketika tingkat glukosa sangat kecil di dalam urin. Ketika tingkat
glukosa dalam darah melebihi batasan gula ginjal (106-108mg/dl) maka glukosa
dalam urin meningkat. Kehadiran glukosa dalam urin (glukosaria) merupakan
indikasi adanya penyakit diabetes mellitus.
Adanya glukosa dalam urin tersebut glukosaria. Pada hakekatnya glukosaria
itu diatur oleh 2 faktor yaitu :
ð Kadar zat glukosa
dalam urin
ð Ambang ginjal
terhadap pengeluaran zat glukosa dengan urin puasa biasanya rata-rata 100 mg%
Kadar tersebut
menjadi tinggi oleh makanan atau karbohidrat. Ambang ginjal terhadap
pengeluaran zat glukosa pada kebanyakan orang bertumbuh sehat adalah 180mg% .
ambang ginjal tersebut dapat meninggi atau merendah, peristiwa yang juga
terdapat pada penyakit diabetes.
IX.
Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan urin dengan penambahan reagen benedict serta
pemanasan dilampu spiritus didapatkan hasil positif (+) dengan perubahan
warnahijau kekunung-kuningan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar