PERCOBAAN
I
I.
Judul percobaan : Pemeriksaan urin yang
menggunakan carik
celup
II.
Hari / tanggal :
III.
Prinsip pemeriksaan :
Perubahan warna karena reaksi kimia
IV.
Metode pemeriksaan :
Carik celup
V.
Tujuan pemeriksaan :
Pemeriksaan kimia urin
VI.
Landasan teori
Urinalisis
adalah analisis fisik, kimia, dan mikroskopik terhadap urin. Urinalisis berguna
untuk untuk mendiagnosis penyakit ginjal atau infeksi saluran kemih dan untuk
mendeteksi adanya penyakit metabolik yang tidak berhubungan dengan ginjal.
Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang
berkualitas. Sekresi vagina, perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan
uretra pada pria dapat mengurangi mutu temuan laboratorium. Mukus, protein,
sel, epitel, dan mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan
jaringan sekitarnya. Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang
beberapa millimeter pertama urine sebelum mulai menampung urine. Pasien perlu
membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus
memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung specimen. Kadang-kadang
diperlukan kateterisasi untuk memperoleh spesimen yang tidak tercemar.
Pemeriksaan urin memakai carik celup sangat cepat,
mudah dan spesifik. Carik celupberupa secarikplastik kaku yang pada sebelah
sisinya dilekati dengan satu sampai Sembilan kertas isap atau bahan penyerap
lain yang masing-masing mengandung reagen-reagen spesifik terhadap salah satu
zat yang mungkin ada didalam urin . Ada dan banyaknya zat yang dicari ditandai
dengan perubahan skala warna tertentu pada bagian yang mengandung reagen
spesifik; skla warna yang menyertai carik
celup memungkinkan penilaian semikuantitatif.
Meskkipun sensitive dan spesifik , pemakaian carik
celup menghendaki agar cara memakainya mengikuti pentunjuk –petunjuk yang ditentukan oleh perusahan pembuat carik
celup. Kalau tidak mengikutinya maka hasil pemeriksaan dapat menyimpang dari keadaan
sebenarnya.
Secara umum urin berwarna kuning. Urin yang didiamkan
agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas yaitu berbau
ammonia. Ph urin berkisar antara 4,8 – 7,5 dan akan menjadi lebih asam jika
mengkonsumsi banyak protein serta urin akan menjadi lebih basa jika
mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin yakni 1,002 – 1,035 g/ml
(Uliyah, 2008). Komposisi urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat
terlarut. Di dalam urin terkandung bermacam – macam zat, antara lain
(1) zat sisa pembongkaran protein seperti urea, asam ureat, dan amoniak, (2)
zat warna empedu yang memberikan warna kuning pada urin, (3) garam,
terutama NaCl, dan (4) zat – zat yang berlebihan dikomsumsi, misalnya
vitamin C, dan obat – obatan serta juga kelebihan zat yang yang
diproduksi sendiri oleh tubuh misalnya hormon (Ethel, 2003).
Urin yang normal tidak mengandung protein dan glukosa.
Jika urin mengandung protein, berarti telah terjadi kerusakan ginjal pada
bagian glomerulus. Jika urin mengandung gula, berarti tubulus ginjal tidak
menyerap kembali gula dengan sempurna. Hal ini dapat diakibatkan oleh kerusakan
tubulus ginjal. Dapat pula karena kadar gula dalam darah terlalu tinggi atau
melebihi batas normal sehingga tubulus ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua gula yang ada pada filtrat glomerulus. Kadar gula yang tinggi diakibatkan
oleh proses pengubahan gula menjadi glikogen terlambat, kerena produksi hormon
insulin terhambat. Orang yang demikian menderita penyakit kencing manis
(diabetes melitus). Zat warna makanan juga dikeluarkan melalui ginjal dan
sering memberi warna pada urin. Bahan pengawet atau pewarna membuat ginjal
bekerja keras sehingga dapat merusak ginjal. Adanya insektisida pada makanan
karena pencemaran atau terlalu banyak mengkonsumsi obat – obatan juga dapat
merusak ginjal (Scanlon, 2000).
VII.
Metode kerja
A. Pra
Analitik
1. Persiapan
pasien : Tidak ada persiapan khusus
2. Persiapan
sampel : Urin sewaktu
3. Alat
dan bahan
a. Alat
yang digunakan
1) Tabung
reaksi
2) Rakk
tabung
3) Perbandingan
carik celup
b. Bahan
yang digunakan
1) Urin
abnormal
2) Carik
celup
3) Tissue
B. Analitik
1. Prosedur
kerja
a. Disiapakan
alat dan bahan
b. Dimasukkan
urin kedalam tabung reaksi
c. Dicelupkan
carik sekejap dalam urin, reagen harus mengenenai seluruh masuk kedalam urin
d. Dihilangkan
kelebihan urin yang melekat pada carik dengan mengunakan tissue
e. Dibaca
hasil dengan membandingkan carik celup dan kolom berwarna pada botol carik
celup
C. Pasca
analitik
1. Hasil
pengamatan
a. Leukosit :
125 ++ leuko/mL
b. Nitrit : -
c. Urobilinogen
: 0,2(3,5) mg/Dl
d. Protein
:
15 (0,15) ± mg/Dl
e. Ph
: 7,5
f. Bilirubin :
1(17+) mg/dL
g. Berat
jenis :
1,020
h. Keton
: 5 (0,5) ± mg/Dl
i.
Glukosa : -
j.
Warna :
Kuning muda
k. Kejernihan : Agak keruh
l.
Volume :
5 mL
2. Gambar
hasil pengamatan
VIII.
Pembahasan
Urin atau air seni adalah cairan yng diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan
dari dalam tubuh. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa
dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan
tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung
kemih, dan akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari air
dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut,
dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau
cairan interstisial Faktor yang Dapat
Mempengaruhi Temuan Laboratorium
·
Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh
hematuria, tingginya substansi molekular, infus polivinilpirolidon (pengganti
darah), obat (lihat pengaruh obat), pencemaran urine oleh senyawa
ammonium kuaterner (pembersih kulit, klorheksidin), urine yang sangat basa (pH
> 8)
·
Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh
urine yang sangat encer, urine sangat asam (pH di bawah 3)
Faktor yang Dapat Mempengaruhi
Hasil Laboratorium :
·
Diet rendah karbohidrat atau tinggi lemak
dapat menyebabkan temuan positif palsu. • Obat tertentu (Lihat pengaruh obat)
·
Urin disimpan pada temperature ruangan dalam
waktu yang lama dapat menyebabkan hasil uji negaif palsu
·
Adanya bakteri dalam urin dapat menyebabkan
kehilangan asam asetoasetat
·
Anak penderita diabetes cenderung mengalami
ketonuria daripada penderita dewasa.
Dalam pemeriksaan urin dengan metode carik
ceelup terdpat beberapa potensi kesalahan yang dapatdilakukan diantaranya :
·
Sampel urin tidak didingnkan kembali ke suhu
kamar sebelum pengujian
·
Urin yag terkontaminasi dengan desinfeksi
·
Carik celup kadarluarsa
·
Tidak tepat penyimpanannya dengan paparan
udaraa atau cahaya
·
Kebocoran kmiareagen dari satu tes ke tes
lain, jika tes ini dibaca secara vertical bukan horisotal
·
Tes dibaca pada waktu yang tidak tepat
·
Urin sangat berpigmen
·
Kegagalan untuk mengunakan urin control untuk
memeriksa ketetapan dari carik celup
Leukosit :
Berdasarkan
penguraian ester yang tidak berwarna oleh esterase granulosit menjadi zat yang
tidak stabil dan mudah teroksidasi menjadi zat berwarna biru.
Nitrit :
Nitrit dalam
urin bereaksi dengan indicator warna menghasilkan zat warna.
Urobilinogen :
Berdasarkan
reaksi antara urobilinogen dengan reagen erlich, intesitas warna yang terjadi
dari jingga sampai merah tua, warna yang timbul sesuai dengan pentingnya kadar
urobilinogen dalam urin.
Protein :
Dalam suatu
system buffer yang mempertahankan pH constant, carik celup yang mengandung
indicator warna dapat bereaksi dengan albumin sehingga warna kuning menjadi
hijau.
pH :
Carik celup
mengandung indicator methyl red dan bromthymol blue, kombinasi iindikator
memungkinkan perubahan warna yang jelas dan jingga menjadi hijau kemudian biru
pada daerah pH 5-9.
Bilirubin :
Carik celup
yang mengandung garam diaznium dengan asam yang bereaksi dengan bilirubin
dalamurin menyebabkan perubahan warna merah menjadi ungu.
Keton :
Asam
asetoasetat dan asetan bereaksi dengan Na prusida dan glisin dalam suasana
alkalis suatu kompleks warnaungu.
Glukosa :
D – glukosa + O2 GOD D – glukonalakton + H2O2
H 2O2
+ indikator POD H2O + zat berubah warna
Berat jenis :
Adanya kation
dalam urin menyebabkan pelepasan proton oleh complexing agant dan aknterjadi
perubahan warna pada indicator.
IX.
Kesimpulan
Pada praktikum kali ini didapatkan hasil negative (-)
pada glukosa dan nitrit. Dengan pH (7,5), leukosit (125
++ leuko/mL),
Urobilinogen (0,2(3,5)) mg/dL,
Protein (15 (0,15) ± mg/dL), Bilirubin (1(17+) mg/dL), Berat jenis
(1,020), Keton (5 (0,5) ± mg/dL). Dalam
hal ini dapat dinyatakan bahwa urin tersebut tidak normal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar