PERCOBAAN
II
I.
Judul praktikum : Uji Aktifitas Biokimia
II.
Hari / Tanggal :
III.
Prinsip kerja : TSIA ® Penurunan gula
dan diiringi produksi
asam dideteksi dengan indokator pH phenol red. Yang
merubah warna media dari merah muda-orange menjadi kuning dan pada alkalinitas
berubah menjadi merah pekat. Thiosulfat oleh beberapa spesies hydrogen sulfide
beraksi dengan iron sald membentuk sulfida hitam
SCA ® Bakteri
menggunakan sitrat sumber
Sebagai
sumber carbon tunggal, dengan bantuan enzim sitrat permaese maka akan bakteri
akan menyebarkan citrate ke dalam sel. Selain itu bakteri mengubah ammonium
dihidrogen phosfat menjadi hidroksida (NH3) dan amoniak yang
bersifat basa. Pada pH 7,5 kertas indicator BTB akan berwarna biru sedangkan
pada pH netral akan berwarna hijau.
MR ® Uji metil
red + indicator metil red
pada media pepton yang ditanami bakteri -> test
positif (merah)
VP ® Reagen Vp +
pada media yang
Ditanami
bacteria, hasil akhir fermentasi -> aseton yang mengandung KOH akan
teroksidasi menjadi diacetil warna merah karena adanya keratin sebagai
katalisator
SIM Sulfur ® Menjadi hydrogen
sulfida
dengan
zat besi menjadi ferric sulfida yang mengendap menjadi hitam
Indol
®
Bakteri menghasilkan enzim
trytophase
yang dapat menghidrolisis tryptopan. Hasilnya indol.
Motility
®
Pergerakan bakteri -> awan
purih
tipis.
IV.
Tujuan praktikum : ® Untuk melihat
aktifitas mikroorganime dari
perubahan warna, gas,
dan H2S pada media TSIA
® Untuk
melihat aktifitas mikroorganisme dengan melihat adanya perubahan warna karena
adanya enzim citrate
® Untuk
melihat aktifitas mikroorganisme dari H2S, gugus indol, dan
pergerakan bakteri pada media SIM
® Untuk
melihat aktifitas mikroorganisme dengan melihat adanya asam campuran pada media
MR
® Untuk
melihat aktivitas mikroorganisme dengan melihat 2,3 butanadiol pada media VP
V.
Maksud praktium : Untuk mengetahui dan memahami terjadinya
aktifita biokimia pada
media TSIA, SCA, SIM, MR dan VP.
VI.
Landasan teori
Biokimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang senyawa-senyawa yang ada
di dalam sistem hidup, penyusunan senyawa-senyawa tersebut ke dalam sel-sel dan
interaksi kimia yang terjadi. Sel-sel pada makhluk hidup tersusun dari
biomolekul. Untuk dapat mempertahankan hidup, sel-sel mengalami metabolisme
(reaksi pada sel). Dalam metabolisme, sel menyerap energi dari makanan atau
nutrisinya, energi ini digunakan untuk membentuk biomolekul penyusun sel(Lehninger,
1995).
Karakterisasi dan klasifikasi sebagian besar mikroba seperti bakteri
berdasarkan pada reaksi enzimatik ataupun biokimia. Mikroba dapat tumbuh pada
beberapa tipe media, memproduksi tipe metabolit tertentu yang di deteksidengan
interaksi mikroba dengan reagen tes yang menghasilkan warna reagen.
Reaksi-reaksi dalam sel akan teridentifikasi dengan melakukan
pengujian-pengujian tertentu. Sel akan memberikan respon sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya, misalnya menghasilkan enzim katalase, enzim
gelatinase atau kemamupuan untuuk menghidrolisis lemak(Lehninger, 1995).
Secara morfologis, biakan maupun sel bakteri yang berbeda dapat tampak
serupa. Karena itu ciri fisiologis atau biokimiawi merupakan kriteria yang amat
penting di dalam identifikasi spesimen yang tidak dikenal. Tanpa hasil
pengamatan fisiologis yang memadai mengenai organisme yang diperiksa maka
penentuan spesiesnya tidaklah mungkin dilakukan(Lehninger, 1995).
Uji biokimia adalah pengujian larutan atau zat-zat kimia dari bahan-bahan
dan proses-proses yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup, sebagai upaya untuk
memahami proses kehidupan dari sisi kimia (Lehninger, 1995).
Biokimia bertujuan untuk memahami bagaimana interaksi biomolekul satu
dengan lainnya yang membawa sifat-sifat kehidupan ini. Belum pernah dalam
pengamatan logika molekul sel hidup, kita menemukan suatu pelanggaran terhadap
hukum-hukum yang telah dikenal, seiring dengan itu pula, kita belum pernah
memerlukan pendefinisian hukum baru. Mesin organik lunak sel hidup berfungsi di
dalam kerangka hukum-hukum yang sama mengatur mesin buatan manusia. Akan
tetapi, reaksi-reaksi kimia dan proses pengaturan sel telah maju demikian
pesat, melampaui kemampuan kerja mesin buatan manusia (Lehninger, 1995).
Ciri biokimia merupakan kriteria yang amat penting di dalam
identifikasi spesimen bakteri yang tak dikenal karena secara morfologis biakan
ataupun sel bakteri yang berbeda dapat tampak serupa, tanpa hasil pengamatan
fisiologis yang memadai mengenai organik yang diperiksa maka penentuan
spesiesnya tidak mungkin dilakukan. Karakteristik dan klasifikasi sebagai
mikroba seperti bakteri berdasarkan pada reaksi enzimatik ataupun biokimia.
Mikroba dapat tumbuh pada beberapa tipe media memproduksi metabolit tentunya
yang dideteksi dengan interaksi mikroba dengan reagen test yang mana
menghasilkan perubahan warna reagen (Murray, 2005).
Uji fisiologi bisanya identik dengan uji biokimia. Uji biokimia yang
biasanya dipakai dalam kegiatan identifikasi bakteri atau mikroorganisme yang
antara lain uji katalase, koagulase, dan lain-lain. Pengujian biokimia
merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam dunia mikrobiologi (Lim,
1998).
Uji-uji biokimia yang biasanya dipakai dalam kegiatan identifikasi
bakteri atau mikroorganisme yaitu antara lain adalah uji MR-VP, uji gula-gula,
uji SIM, Uji TSIA, Uji Indol, dan Uji Simmons Citrate (Dwidjoseputro, 1954).
Catalase test
|
ONPG test
|
Mhetyl Res Test
|
Malonate broth
|
Urease test
|
Glatinase test
|
Oxidase test
|
(+)
|
(+)
|
(+)
|
(-)
|
(-)
|
(-)
|
(-)
|
Gula gula
|
|
Mannitol
|
Glucose OF Medium
|
Acid kuning
|
Fermentative
|
VII.
Metode kerja
A. Pra
Analitik
1. Persiapan
Media : Tidak ada persiapan
khusus
2. Persiapan
bakteri : Tidak ada persiapan
khusus
3. Alat
dan Bahan
a. Alat
yang digunakan
1) Lampu
Spiritus
2) Rak
tabung
3) Tabung
reaksi berisi media dan bakteri
4) Ose
bulat
5) Ose
lurus
b. Bahan
yang digunakan
1) Alkohol
2) Bakteri
Vibrio
3) Korek
api
4) Kapas
5) Media
TSIA, SCA, MR, VP, dan SIM.
B. Analitik
1. Prosedur
kerja media TSIA
1) Disiapakan
alat dan bahan
2) Dipanaskan
ose dari ujung ke pangkal sampai terpijar
3) Diinokulasikan
bakteri Vibrio kedalam media TSIA dengan cara tusukkan lurus kemudian gores
secara sinambung diatas permukaan medium tersebut
4) Dipanaskan
kembali ose dari pangkal ke ujung sampai terpijar
5) Diinkubasi
pada suhu 37oC selama 24 jam.
6) Diamati
perubahan yang terjadi
2. Prosedur
kerja media SCA
1) Disiapakan
alat dan bahan
2) Dipanaskan
ose dari ujung ke pangkal sampai terpijar
3) Diinokulasikan
bakteri Vibrio pada media SCA
4) Dipanaskan
kembali ose dari pangkal ke ujung sampai terpijar
5) Diinkubasi
pada suhu 37oC selama 24 jam.
6) Diamati
perubahan yang terjadi
3. Prosedur
kerja media SIM
1) Disiapakan
alat dan bahan
2) Dipanaskan
ose dari ujung ke pangkal sampai terpijar
3) Diinokulasikan
bakteri Vibrio ke media SIM dengan cara tusuk
4) Dipanaskan
kembali ose dari pangkal ke ujung sampai terpijar
5) Diinkubasi
pada suhu 37oC selama 24 jam.
6) Amati
sulfur dan motility yang terjadi
7) Amati
terjadinya indol dengan menambahkan 1mL larutan reagen Ehrlich atau Kovac ke
dalam setiap tabung
8) Kocoklah
perlahan-lahan dan biakan tabung berada dalam posisi tegak agar larutan reagen
dapat terkumpul dipermukaan medium.
9) Dilihat
adanya indol dengan timbulnya warna merah tua pada lapisan atas permukaan
media.
10) Dibandingkan
hasil dengan tabung control
4. Prosedur
kerja media MR
1) Disiapakan
alat dan bahan
2) Dipanaskan
ose dari ujung ke pangkal sampai terpijar
3) Diinokulasikan
bakteri kedala tabung medium MR
4) Dipanaskan
kembali ose dari pangkal ke ujung sampai terpijar
5) Diinkubasi
pada suhu 37oC selama 24 jam.
6) Diamati
perubahan warna yang terjadi
5. Prosedur
kerja media VP
1) Disiapakan
alat dan bahan
2) Dipanaskan
ose dari ujung ke pangkal sampai terpijar
3) Diinokulasikan
bakteri pada media VP dengan cara tusuk
4) Dipanaskan
kembali ose dari pangkal ke ujung sampai terpijar
5) Diinkubasi
pada suhu 37oC selama 24 jam.
6) Diamati
perubahan warna yang terjadi
C. Pasca
Analitik
1. Hasil
pengamatan
a. Media
TSIA
No.
|
Nama
Media
|
Hasil
Pengamatan
|
|||
L
|
D
|
H2S
|
Gas
|
||
1.
|
TSIA
|
AL
|
AC
|
-
|
-
|
2.
|
AL
|
AC
|
-
|
-
|
|
3.
|
AL
|
AC
|
-
|
-
|
|
4.
|
AL
|
AC
|
-
|
-
|
|
5.
|
AL
|
AC
|
-
|
-
|
b. Media
SCA
No.
|
Nama
Media
|
Hasil
Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
SCA
|
+
|
Biru
|
2.
|
+
|
Biru
|
|
3.
|
+
|
Biru
|
|
4.
|
+
|
Biru
|
|
5.
|
+
|
Biru
|
c. Media
SIM
No.
|
Nama
Media
|
Hasil
Pengamatan
|
||
H2S
|
Indol
|
Motility
|
||
1.
|
SIM
|
+
|
-
|
-
|
2.
|
+
|
-
|
-
|
|
3.
|
+
|
-
|
-
|
|
4.
|
+
|
-
|
-
|
|
5.
|
+
|
-
|
-
|
d. Media
MR
No.
|
Nama
media
|
Hasil
Pengamatan
|
1.
|
MR
|
+
|
2.
|
+
|
|
3.
|
+
|
|
5.
|
+
|
|
6.
|
+
|
e. Media
VP
No.
|
Nama
Media
|
Hasil
Pengmatan
|
1.
|
Vp
|
-
|
2.
|
-
|
|
3.
|
-
|
|
4.
|
-
|
|
5.
|
-
|
VIII.
Pembahasan
Fermentasi merupakan salah satu aktivitas biokimia yang dilakukan oleh
mikroba. Fermentasi adalah proses pengunahan senyawa makromolekul organik
menjadi senyawa yang lebih sederhana oleh aktivitas mikroba pada kondisi
anaerob. Fermentasi dapat menghasilkan berbagai senyawa akhir, contohnya
fermentasi karbohidrat yang dapat menghasilkan berbagai senyawa asam seperti
asam laktat dan propionet, ester-ester, keton dan gas.
Sebagian besar mikroorganisme memperoleh energi dari substrat berupa
karbohidrat yang selanjutnya di fermentasi menghasilkan asam-asam organik
(seperti asam laktat, format, asetat), dengan disertai atau tidak disertai
pembentukan gas. Organisme-organisme yang berbeda akan menggunakan
karbohidrat/gula-gula yang berbeda tergantung dari komponen enzim yang
dimilikinya. Perbenihan gula-gula digunakan untuk melihat adanya pembentukan
asam yaitu dengan adanya perubahan warna indikator (merah fenol atau biru
bromtimol) yang terdapat dalam perbenihan menjadi kuning yang sebelum ditanami
berwarna merah (indikator merah fenol) atau berwarna biru (indikator biru
bromtimol) serta untuk pembentukan gas, yaitu dengan terlihatnyaudara di dalam
tabung peragian/fermentasi (tabung durham). Jenis karbohidrat yang digunakan
pada uji fermentasi karbohidrat antara lain: Sukrosa, Laktosa, Maltosa,
Manitol. Glukosa dapat langsung masuk dalam jalur fermentasi tahap pertama.
Sedangkan, sukrosa, laktosa mantol, dan maltosa akan di hidrolisis terlebih
dahulu menjadi monosakarida penyusunnya. Laktosa dihidrolisis menjadi galaktosa
dan glukosa. Monosakarida jenis manosa dan galaktosa terlebih dahulu akan
diubah menjadi glukosa melalui reaksi epimerisasi. Sedangkan fruktosa akan
diubah terlebih dahulu menjadi fruktosa 6-fosfat dan kemudian fruktosa 6-fosfat
diubah menjadi glukosa 6-fosfat. Glukosa 6-fosfat dan glukosa hasil epimerisasi
galaktosa dan manosa akan masuk dalam tahap awal proses fermentasi untuk
menghasilkan asam piruvat, asam asetat dan CO2 dan kemudian pada
tahap kedua fermentasi asam piruvat dan asam asetat di reduksi kembali oleh
atom hidrogen yang dilepaskan dalam tahap pertama, membentuk asam laktat dan
etanol
Media yang dipakai adalah Simons citrat. Tujuan dari uji ini adalah untuk
mengetahui apakah kuman menggunakan sitrat sebagai sumber karbon. Pada media
Simons citrat berisi indikator BTB (Brom Tymol Blue). Apabila bakteri
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon maka media berubah menjadi basa dan
berubah warna menjadi biru. Interpretasi hasil : negatif (-) : tidak terjadinya
perubahan warna media dari hijau menjadi biru. Artinya bakteri ini tidak
mempunyai enzim sitrat permease yaitu enzim spesifik yang membawa sitrat ke
dalam sel. Sehingga kuman tidak menggunakan citra sebagai salah
satu/satu-satunya sumber karbon. Positif (+) : terjadinya perubahan warna media
dari hijau menjadi biru, artinya kuman menggunakan citrat sebagai salah satu/satu-satunya
sumber karbon.
Tujuan dari uji TSIA adalah untuk mengetahui kemampuan kuman untuk
memfermentasikan karbohidrat. Pada media TSIA berisi 3 macam karbohidrat yaitu
glukosa, laktosa dan sukrosa. Indikatornya adalah phenol red yang menyebabkan perubahan
warna dari merah orange menjadi kuning dalam suasana asam. Glukosa berada di
dasar media sedangkan laktosa dan sukrosa berada di bagian lereng. Selain
menggunakan media TSIA dapat pula digunakan media KIA (Kligers Iron Agar),
bedanya adalah pada media KIA hanya berisi 2 macam karbohidrat yaitu glukosa
dan laktosa. Interpretasi hasil : hanya memfermentasi glukosa : Bila pada dasar
(butt) media berwarna kuning (bersifat asam) dan lereng (slant) berwarna merah
(bersifat basa), Al/Ac atau K/A. Memfermentasi
semua karbohidrat : bila pada dasar (butt) media berwarna kuning (bersifat
asam) dan lereng (slant) berwarna kuning (bersifat asam), Ac/Ac atau A/A. Tidak
memfermentasi semua karbohidrat : bila pada dasar (butt) media berwarna merah
(bersifat basa) dan lereng (slant) berwarna merah (bersifat basa), Al/Al atau K/K. Fermentasi pada TSIA juga
disertai dengan pembentukan gas CO2 yang dapat dilihat dari pecahnya dan
terangkatnya agar. Media TSIA juga dapat digunakan untuk mengetahui pembentukan
H2S yaitu melihat apakah kuman memfermentasi metionin dan sistein (Asam amino
yang mempunyai gugus S). Pada media TSIA terdapat asam amino metionin dan
sistein, jika kuman memfermentasi kedua asam amino ini maka gugus S akan keluar
dan gugus S akan bergabung dengan H2O membentuk H2S. Selanjutnya H2S bergabung
dengan Fe2+ membentuk FeS berwarna hitam dan mengendap.
Pada Uji sitrat media yang digunakan adalah media Simons citrate Agar.
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui apakah kuman menggunakan sitrat
sebagai sumber karbon. Pada media Simons citrat berisi indikator BTB (Brom
Tymol Blue). Apabila bakteri menggunakan sitrat sebagai sumber karbon maka
media berubah menjadi basa dan berubah warna menjadi biru. Interpretasi hasil :
negatif (-) : tidak terjadinya perubahan warna media dari hijau menjadi biru.
Artinya bakteri ini tidak mempunyai enzim sitrat permease yaitu enzim spesifik
yang membawa sitrat ke dalam sel. Sehingga kuman tidak menggunakan citrate
sebagai salah satu/satu-satunya sumber karbon. Positif (+) : terjadinya
perubahan warna media dari hijau menjadi biru, artinya kuman menggunakan citrat
sebagai salah satu/satu-satunya sumber karbon.
Pada Uji indol media yang digunakan adala media SIM (Sulfur Idom
Mothyliti). Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kuman mempunyai enzim
triptophanase sehingga kuman tersebut mampu mengoksidasi asam amino triptophan
membentuk indol. Adanya indol dapat diketahui dengan penambahan reagen
Ehrlich/Kovac’s yang berisi paradimetil amino bensaldehid. Interpretasi hasil :
negatif (-) : Tidak terbentuk lapisan cincin berwarna merah pada permukaan
biakan, artinya bakteri ini tidak membentuk indol dari triptophan sebagai
sumber karbon. Positif (+) : Terbentuk lapisan cincin berwarna merah pada
permukaan biakan, artinya bakteri ini membentuk indol dari triptophan sebagai
sumber karbon. Selain untuk uji indol, media SIM juga diguankan untuk Uji H2S
dan uji Mothylitas bakteri. Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui gerak
kuman, bisa memakai media MO (Motilitas Ornitin) atau SIM (Sulfida Indol
Motility) dan juga melihat kemampuan bakteri yang dapat membentuk H2S
(Hidrogen Sulfida). Interpretasi hasil : negatif (-) : tidak terlihat adanya
penyebaran yang berwarna putih seperti akar hanya pada bekas tusukan
inokulasi. Positif (+) : terlihat adanya penyebaran yang berwarna putih seperti
akar disekitar inokulasi. Hal ini menunjukan adanya pergerakan dari bakteri
yang diinokulasikan, yang berarti bahwa bakteri ini memiliki
flagel Media yang digunakan adalah pepton glukosa phosphat. Interpretasi
dari Uji Hidrogen Sulfida yaitu : (+) terbentuk warna hitam pada media, (-)
tidak terbentuk warna hitam pada media.
Media MR dalah media yang digunakan untuk mengetahui adanya fermentasi
asam campuran (metilen glikon). Interpretasi hasil : negatif (-) : Tidak
terjadi perubahan warna media menjadi merah setelah ditambah methyl red 1%.
Positif (+) : Terjadi perubahan warna media menjadi merah setelah ditambahkan Indikator
methyl red 1%. Artinya bakteri menghasilkan asam campuran (metilen glikon) dari
proses fermentasi glukosa yang terkandung dalam media MR.
Media Yang digunakan yaitu media VP (Voges Proskauer). Uji ini digunakan untuk mengetahui
pembentukan asetil metil karbinol (asetoin) dari hasil fermentasi glukosa.
Interpretasi hasil : negatif (-) : tidak terjadi perubahan warna media menjadi
merah setelah ditambahkan @ naphtol 5% dan KOH 40%. Positif (+) : terjadi
perubahan warna media menjadi merah setelah ditambahkan @ naphtol 5% dan KOH
40%, karena adanya fermentasi bakteri adalah asetil metil karbinol
(asetoin) atau bakteri memfermentasi karbohidrat menjadi 2,3-butanadio.
Penambahan 40% KOH dan 5% larutan @ naphtol dalam etanol dapat menentukan
adanya asetion (aseti lmetil karbonil), suatu senyawa pemuka dalam sintesis
2,3-butanadiol. Pada penambahan KOH, adanya asetion ditunjukan adanya perubahan
warna kaldu menjadi warna merah muda. Perubahan warna ini diperjelas dengan
penambahan larutan @napthol. Perubahan warna kaldu biakan lebih jelas pada
bagian yang berhubungan dengan udara, karena sebagian 2,3-butanadiol
dioksidasikan kembali menjadi asetion sehingga memperjelas hasil reaksi.
IX.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat
disimpulkan bahwa pada media SCA terjadi perubahan warna menjadi biru(+), media
TSIA tidak terjadi perubahan warna(-), media SIM terbentuk warna hitam (adanya
H2S(+)) tetapi Indol dan Motility (-), media MR terbentuk warna
merah (+), dan pada media VP tidak ada perubahan warna (-).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar