BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Shock adalah kondisi
hilangnya volume darah sirkulasi efektif, kemudian diikuti perfusi
jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan metabolik
selular. Pada beberapa situasi kedaruratan adalah bijaksana untuk
mengantisipasi kemungkinan shock. Seseorang dengan cidera harus dikaji segera
untuk menentukan adanya shock. Penyebab syok harus ditentukan (hipovolemik,
kardiogenik, neurogenik, atau septik shock). (Bruner & Suddarth,2002).
Shock adalah suatu
sindrom klinis akibat kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan
ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan
mekanisme homeostasis. Berdasarkan penelitian Moyer dan Mc Clelland tentang
fisiologi keadaan shock dan homeostasis, shock adalah keadaan tidak cukupnya
pengiriman oksigen ke jaringan. Sirkulasi darah berguna untuk mengantarkan
oksigen dan zat-zat lain ke seluruh tubuh serta membuang zat-zat sisa yang
sudah tidak diperlukan. Shock merupakan keadaan gawat yang membutuhkan
terapi yang agresif dan pemantauan yang kontinyu atau terus-menerus di unit terapi
intensif
Shock adalah sutu sindrom
klinis kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan ketidakcukupan perfusi
jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme homeostasis
(Toni Ashadi, 2006). Shock dapat didefinisikan sebagai gangguan system
sirkulasi yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi
jaringan. Jaringan akan kehilangan oksigen dan bisa cedera. (Az Rifki, 2006) Macam-macam shock
1.
.Shock
kardiogenik (berhubungan dengan kelainan jantung)
2.
.Shock hipovolemik (
akibat penurunan volume darah)
3.
.Shock distributif terdiri dari :
1)
Shock
anafilaktik (akibat reaksi alergi)
2)
Shock
septik (berhubungan dengan infeksi)
3)
Shock neurogenik (akibat
kerusakan pada sistem saraf).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Syok adalah kondisi
hilangnya volume darah sirkulasi efektif. Kemudian diikuti perfusi jaringan dan
organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan metabolik selular. Pada
beberapa situasi kedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan
syok. Seseorang dengan cidera harus dikaji segera untuk menentukan adanya syok.
Penyebab syok harus ditentuka (hipovolemik, kardiogenik, neurogenik, atau
septik syok). (Bruner & Suddarth,2002).
Syok adalah suatu sindrom
klinis akibat kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan ketidakcukupan
perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme
homeostasis. Berdasarkan penelitian Moyer dan Mc Clelland tentang fisiologi
keadaan syok dan homeostasis, syok adalah keadaan tidak cukupnya pengiriman
oksigen ke jaringan. Sirkulasi darah berguna untuk mengantarkan oksigen dan
zat-zat lain ke seluruh tubuh serta membuang zat-zat sisa yang sudah tidak
diperlukan.Syok merupakan keadaan gawat yang membutuhkan terapi yang agresif
dan pemantauan yang kontinyu atau terus-menerus di unit terapi intensif
Syok adalah sutu sindrom klinis
kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan ketidakcukupan perfusi
jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme homeostasis
(Toni Ashadi, 2006). Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan system sirkulasi
yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan.
Jaringan akan kehilangan oksigen dan bisa cedera. (Az Rifki, 2006)
B.
Macam-macam shock
1. Shock kardiogenik (berhubungan dengan kelainan
jantung).
Disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang
mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme. Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi
ventrikel, yang mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan
penghantaran oksigen ke jaringan
Ventrikel kiri gagal bekerja sebagai pompa dan tidak mampu
menyediakan curah jantung yang memadai untuk mempertahankan perfusi jaringan.
Syok kardiogenik dapat didiagnosa dengan mengetahui adanya tanda-tanda syok dan
dijumpai adanya penyakit jantung, seperti infark miokard yang
luas, gangguan irama jantung, rasa nyeri daerah torak, atau adanya emboli paru,
tamponade jantung, kelainan katub atau sekat jantung.
Patofisiologi shock kardiogenik
Tanda
dan gejala shock kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi patofisiologi gagal
jantung. Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah jantung yang ada pada
gilirannya menurunkan tekanan darah arteri ke organ-organ vital. Aliran darah
ke arteri coroner berkurang sehingga asupan oksigen ke jantung untuk memompa,
akhirnya terjadilah lingkaran setan. Tanda klasik shock kardiogenik adalah
tekanan darah rendah , nadi cepat, dan lemah, hipoksia otak yang
termanisfestasi dengan adanya konfusi dan agitasi penurunan keluaran urine,
serta kulit yang dingin dan lembab. Disritmia sering terjadi akibat penurunan
oksigen ke jantung seperti pada gagal jantung. Penggunaan kateter arteri
pulmonal untuk mengukur tekanan ventrikel kiri dan curah jantung sangat penting
untuk mengkaji beratnya masalah dan mengevaluasi penatalaksanaan yang telah
dilakukan. Peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang
berkelanjutan (LVEDP = Left Ventrikel End Diastolik Pressure) menunjukkan bahwa
jantung gagal untuk berfungsi sebagai pompa yang efektif.
Menurut Mubin (2008), diagnosis syok kardiogenik adalah
berdasarkan:
1)
Keluhan Utama Syok
Kardiogenik
Ø Oliguri (urin < 20 mL/jam).
Ø Nyeri substernal
seperti IMA.
2)
Tanda Penting Syok
Kardiogenik
Ø Tensi turun < 80-90 mmHg
Ø Takipneu dan dalam
Ø Takikardi.
Ø Tanda-tanda bendungan
paru: ronki basah di kedua basal paru.
Ø Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering
terdengar.
Ø Sianosis.
Ø Diaforesis (mandi keringat).
Ø Ekstremitas dingin.
Ø Perubahan mental.
2. Shock hipovolemik ( akibat penurunan volume darah)
Syok hipovolemik merupakan tipe syok
yang paling umum ditandai dengan penurunan volume intravascular. Cairan tubuh
terkandung dalam kompartemen intraselular dan ekstraseluler. Cairan intra
seluler menempati hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh
ekstraseluler ditemukan dalam salah satu kompartemen intravascular dan
intersisial. Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan
intravascular. Syok hipovolemik terjadi
jika penurunan volume intavaskuler 15% sampai 25%. Hal ini
akanmenggambarkan kehilangan 750 ml sampai 1300 ml pada pria dgn berat badan 70
kg. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang
cepat (syok hemoragik).
Patofisiologi Syok Hipovolemik
Tubuh manusia berespon terhadap
perdarahan akut dengan mengaktivasi sistem fisiologi utama sebagai berikut:
sistem hematologi, kardiovaskuler, ginjal, dan sistem neuroendokrin.
Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan
darah yang berat dan akut dengan mengaktivasi
kaskade koagulasi dan vasokonstriksi pembuluh darah (melalui
pelelepasan tromboksan A2 lokal). Selain itu, platelet diaktivasi (juga melalui
pelepasan tromboksan A2 lokal) dan membentuk bekuan darah immatur pada sumber
perdarahan. Pembuluh darah yang rusak menghasilkan kolagen, yang selanjutnya
menyebabkan penumpukan fibrin dan menstabilkan bekuan darah. Dibutuhkan waktu
sekitar 24 jam untuk menyempurnakan fibrinasi dari bekuan darah dan menjadi
bentuk yang sempurna.
Sistem kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap
syok hipovolemik dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan
kontraktilitas miokard, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Respon ini
terjadi akibat peningkatanpelepasan
norepinefrin dan penurunan ambang dasar tonus nervus vagus(diatur
oleh baroreseptor di arcus caroticus, arcus aorta, atrium kiri, dan penbuluh
darah pulmonal). Sistem kardiovaskuler juga berespon dengan mengalirkan darah
ke otak, jantung, dan ginjal dengan mengurangi perfusi kulit, otot, dan traktus
gastrointestinal.
Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik
dengan peningkatan sekresi renin
dari apparatus juxtaglomeruler. Renin akan mengubah angiotensinogen
menjadi angiotensin I, yang selanjutnya akan dikonversi menjadi angiotensin II
di paru-paru dah hati. Angotensin II mempunyai 2 efek utama, yang keduanya
membantu perbaikan keadaan pada syok hemoragik, yaitu vasokonstriksi arteriol
otot polos, dan menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron bertanggungjawab pada reabsorbsi aktif natrium dan akhirnya akan
menyebabkan retensi air.
Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik
denganmeningkatan Antidiuretik Hormon
(ADH) dalam sirkulasi. ADH dilepaskan dari glandula pituitari posterior sebagai
respon terhadap penurunan tekanan darah (dideteksi oleh baroreseptor) dan
terhadap penurunan konsentrasi natrium (yang dideteksi oleh osmoreseptor).
Secara tidak langsung ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dan garam
(NaCl) pada tubulus distalis, duktus kolektivus, dan lengkung Henle.
3. Shock distributive
Syok distributif atau vasogenik terjadi
ketika volume darah secara abnormal berpindah tempat dalam vaskulatur seperti
ketika darah berkumpul dalam pembuluh darah perifer.
Etiologi shock distributif
Syok distributif dapat disebabkan baik
oleh kehilangan tonus simpatis atau oleh pelepasan mediator kimia ke dari
sel-sel. Kondosi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok distributif
yaitu
Ø syok neurogenik seperti cedera medulla spinalis,
anastesi spinal,
Ø syok anafilaktik seperti
sensitivitas terhadap penisilin, reaksi transfusi, alergi sengatan lebah
Ø syok septik seperti imunosupresif, usia yang
ekstrim yaitu > 1 thn dan > 65 tahun, malnutrisi
Berbagai
mekanisme yang mengarah pada vasodiltasi awal dalam syok distributif lebih jauh
membagi klasifikasi syok ini kedalam 3 tipe :
a. Syok Neorugenik
disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok
distributif, Syok neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor karena
hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh.sehingga
terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance
vessels). Hasil dari perubahan resistensi pembuluh darah sistemik ini
diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf (seperti: trauma kepala, cidera
spinal, atau anestesi umum yang dalam).
Syok neurogenik juga disebut sinkop. Syok neurogenik terjadi
karena reaksi vasovagal berlebihan yang mengakibatkan terjadinya vasodilatasi
menyeluruh di daerah splangnikus sehingga aliran darah ke otak berkurang.
Reaksi vasovagal umumnya disebabkan oleh suhu lingkungan yang panas, terkejut,
takut, atau nyeri hebat. Pasien merasa pusing dan biasanya jatuh pingsan.
Setelah pasien dibaringkan, umumnya keadaan berubah menjadi baik kembali secara
spontan.
Trauma kepala yang terisolasi tidak akan menyebabkan syok.
Adanya syok pada trauma kepala harus dicari penyebab yang lain. Trauma pada
medula spinalis akan menyebabkan hipotensi akibat hilangnya tonus simpatis.
Gambaran klasik dari syok neurogenik adalah hipotensi tanpa takikardi atau
vasokonstriksi perifer.
b. Syok Anafilaktik
Syok anafilaksis merupakan suatu reaksi alergi tipe yang
fatal dan dapat menimbulkan “bencana”, yang dapat terjadi dalam beberapa
detik-menit, sebagai akibat reaksi antigen antibody, pada orang-orang yang
sensitive setelah pemberian obat-obat secara parentral, pemberian serum /
vaksin atau setelah digigitserangga.
Reaksi ini diperankan oleh IgE antibody yang menyebabkan
pelepasan mediator kimia dari sel mast dan sel basofil yang beredar dalam
sirkulasi berupa fistamin, SRS-A, serotonin dll.
Patofisiologi shock anafilaktik
Mekanisme umum terjadinya reaksi anafilaksis dan
anafilaktoid adalah berhubungan dengan degranulasi sel mast dan basophil yang
kemudian mengeluarkan mediator kimia yang selanjutnya bertanggung jawab
terhadap symptom. Degranulasi tersebut dapat terjadi melalui kompleks antigen
dan Ig E maupun tanpa kompleks dengan Ig E yaitu melalui pelepasan histamine
secara langsung.
Mekanisme lain adalah adanya gangguan metabolisme asam
arachidonat yang akan menghasilkan leukotrien yang berlebihan kemudian
menimbulkan keluhan yang secara klinis tidak dapat dibedakan dengan meknisme
diatas. Hal ini dapat terjadi pada penggunaan obat-obat NSAID atau pemberian
gama-globulin intramuscular
c. Syok Septik
Shock septik adalah infasi aliran darah
oleh beberapa organisme mempunyai potensi untuk menyebabkan reaksi pejamu umum
toksin ini. Hasilnya adalah keadaan ketidakadekuatan perfusi jaringan yang
mengancam kehidupan (Brunner & Suddarth vol.3, edisi 8, 2002)
Menurut M. A Henderson (1992), Shock
septik adalah shock akibat infeksi berat dimana sejumlah besar toksin memasuki
peredaran darah .Escherichia coli merupakan kuman yang sering
menyebabkan shock ini.Secara umum shock septik adalah infasi aliran darah oleh
beberapa organisme mempunyai potensi untuk menyebabkan reaksipejamu umum
toksin. Hesilnya adalah keadaan ketidak adekuatan perfusi jaringan yang
mengancam kehidupan.
Shock septik sering terjadi pada:
Ø Bayi baru lahir
Ø Usia diatas 50 tahun
Ø Penderita gangguan system kekebalan
Patofisiologi shock septic
Yaitu respon imun yang
membangkitkan aktivasi berbagai mediator kimiawi mempunyai
beberapa efek yang menharah pada perembesan cairan dari kapiler, yang mengarah
pada shock , yaitu peningkatan permeabilitas kapiler yang mengarah pada
perembesan cairan dari kapiler dan vasodilatasi. Sebelum terjadinya shock septik
biasanya didahului oleh adanya suatu infeksi sepsis.
Infeksi sepsis bisa
bisebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif. Pada bakteri gram
negatif yang berperan adalah lipopolisakarida (LPS). Suatu protein di dalam
plasma, dikenal dengan LBP (Lipopolysacharide binding protein) yang disintesis
oleh hepatosit, diketahui berperan penting dalam metabolisme LPS. LPS masuk ke
dalam sirkulasi, sebagian akan diikat oleh faktor inhibitor dalam serum seperti
lipoprotein, kilomikron sehingga LPS akan dimetabolisme. Sebagian LPS akan
berikatan dengan LBP sehingga mempercepat ikatan dengan CD14.1,2 Kompleks
CD14-LPS menyebabkan transduksi sinyal intraseluler melalui nuklear factor
kappaB (NFkB), tyrosin kinase(TK), protein kinase C (PKC), suatu faktor transkripsi
yang menyebabkan diproduksinya RNA sitokin oleh sel. Kompleks LPS-CD14 terlarut
juga akan menyebabkan aktivasi intrasel melalui toll like receptor-2 (TLR2).
Sedangkan pada bakteri
gram positif, komponen dinding sel bakteri berupa Lipoteichoic acid (LTA) dan
peptidoglikan (PG) merupakan induktor sitokin. Bakteri gram positif menyebabkan
sepsis melalui 2 mekanisme: eksotoksin sebagai superantigen dan komponen
dinding sel yang menstimulasi imun. Superantigen berikatan dengan molekul MHC
kelas II dari antigen presenting cells dan Vβ-chains dari reseptor sel T,
kemudian akan mengaktivasi sel T dalam jumlah besar untuk memproduksi sitokin
proinflamasi yang berlebih.
Sepsis merupakan proses
infeksi dan inflamasi yang kompleks dimulai dengan rangsangan endo atau
eksotoksin terhadap sistem imunologi, sehingga terjadi aktivasi makrofag,
sekresi berbagai sitokin dan mediator, aktivasi komplemen dan netrofil,
sehingga terjadi disfungsi dan kerusakan endotel, aktivasi sistem koagulasi dan
trombosit yang menyebabkan gangguan perfusi ke berbagai jaringan dan
disfungsi/kegagalan organ multiple. Penyebaran infeksi bakteri gram negative
yang berat potensial memberikan sindrom klinik yang dinamakan syok
septik. Penyebab syok septik terjadi akibat racun yang dihasilkan oleh bakteri
tertentu dan akibat sitokinesis(zat yang dibuat oleh sistem kekebalan untuk
melawan suatu infeksi). Racun yang dilepaskan oleh bakteri bisa menyebabkan
kerusakan jaringan dan ganggguan peredaran darah
Tanda dan gejala shock septic
Pertanda awal dari shock septik sering
berupa penurunan
kesiagaan mental dan kebingungan yang timbul dalam waktu 24 jam atau lebih
sebelum tekanan darah turun. Gejala ini terjadi akibat berkurangnya aliran
darah ke otak. Curahan darah dari jantung memang meningkat tetapi pembuluh
darah melebar sehingga tekanan darah menurun. Pernafasan menjadi cepat sehingga
paru-paru mengeluarkan karbondioksida yang berlebihan dan kadarnya didalam
darah menurun. Gejala awal berupa menggigil hebat suhu tubuh yang naik secara
cepat, kulit hangat dan kemerahan denyut nadi yang lemah dan tekanan darah yang
turun naik. Pada stadium lanjut suhu tubuh sering turun sampai dibawah normal.
Tanda dan gejala yang lain seperti:
Ø Demam tinggi
Ø Vasodilatasi
Ø Peningkatan HR
Ø Penurunan TD
Ø Flushed Skin (kemerahan sebagai akibat Vasodilatasi)
Bila
shock memburuk beberapa organ mengalami kegagalan seperti:
Ginjal: produksi air kemih berkurang
Paru-paru: gangguan pernafasan dan
penurunan kadar oksigen dalam darah
Jantung: penimbunan cairan dan pembengkakan.
Bisa timbul bekuan darah didalam pembuluh darah.
Factor
resiko terjadinya shock septik:
Penyakit menahun (kencing manis, kanker
darah saluran kemih-kelamin, hati, kandungan empedu, usus, infeksi, pemakaian
antibiotic jangka panjang dan tindakan medis atau pembedahan.
C.
PENYEBAB
Syok bisa disebabkan oleh :
ü Pendarahan (syok hibovolemik)
ü Dehidrasi
(syok hipovolemik)
ü Serangan
jantung (syok kardiogenik)
ü Gagal jantung (syok kardiogenik)
ü Trauma atau cedera berat
ü Infeksi (syok septic)
ü Reaksi alergi (syok anafilaktik)
ü Cedera tulang belakang (syok neuroganik)
ü Sindroma syok toksik
D.
TANDA DAN GEJALA SHOCK
Sistem kardiovaskuler
Gangguan sirkulasi perifer-pucat, ekstremitas dingin,kurangnya
pengisian vena perifer lebih bermakna disbanding penirunan tekanan darah.
Tekanan darah rendah. Hal ini kurang bisa menjadi pegangan karena
mekanisme kompensasi sampai terjadi kehilangan 1/3 dari volume sirkulasi darah.
Vena perifer kolaps. Vena leher merupakan penilaian yang paling
baik.
CVP rendah.
Sistem respirasi
Pernafasan cepat dan dangkal.
Sistem syaraf pusat
Perubahan mental pasien syok sangat bervariasi. Bila tekanan
darah rendah sampai menyebabkan hipoksia otak, pasien menjadi gelisah sampai
tidak sadar. Obat sedatife dan analgetika jagan diberikan sampai yakin bahwa
gelisahnya pasien memang karena kesakitan .
Sistem saluran cerna
Bisa terjadi mual dan muntah
Sistem saluran kencing
Produksi urine berkurang. Normal
rata-rata produksi urine pasien dewasa adalah 60 ml/jam (1/5 – 1 ml/kg jam).
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Syok
digolongkan menjadi 3 yaitu syok kardiogenik (berhubungan dengan kelainan jantung), syok
hipovolemik ( akibat penurunan volume darah), dan syok distributif dibagi
lagi menjadi syok anafilaktik (akibat reaksi alergi), syok
septik (berhubungan dengan infeksi), syok neurogenik (akibat
kerusakan pada sistem saraf).
Syok kardiogenik ditandai
oleh gangguan fungsi ventrikel, yang mengakibatkan gangguan berat pada perfusi
jaringan dan penghantaran oksigen ke
jaringan. Syok kardiogenik dapat didiagnosa dengan mengetahui adanya
tanda-tanda syok dan dijumpai adanya penyakit jantung, seperti infark miokard yang
luas, gangguan irama jantung, rasa nyeri daerah torak, atau adanya emboli paru,
tamponade jantung, kelainan katub atau sekat jantung.
Syok hipovolemik
merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan penurunan volume
intravascular.
Syok distributif atau vasogenik terjadi
ketika volume darah secara abnormal berpindah tempat dalam vaskulatur seperti
ketika darah berkumpul dalam pembuluh darah perifer.
·
syok neurogenik seperti cedera medulla spinalis, anastesi spinal,
·
syok anafilaktik seperti sensitivitas terhadap
penisilin, reaksi transfusi, alergi sengatan lebah
·
syok septik
seperti imunosupresif, usia yang ekstrim yaitu > 1 thn dan > 65 tahun,
malnutrisi
DAFTAR
PUSTAKA
.HauptMT ,Fujii TK et al (2000) Anaphylactic Reactions.
In :Text Book ofCritical care. Eds : Ake Grenvvik,Stephen M.Ayres,Peter
R,William C.Shoemaker 4th edWB Saunders companyPhiladelpia-Tokyo.pp246-56
Koury SI, Herfel LU . (2000) Anaphylaxis and acute
allergic reactions. In :International edition Emergency Medicine.Eds
:Tintinalli,Kellen,Stapczynski 5th ed McGrraw-Hill New York-Toronto.pp 242-6
Martin (2000) In: Fundamentals Anatomy and Physiology,5th
ed pp.788-9
Rehatta MN.(2000). Syok anafilaktik patofisiologi dan
penanganan. In : Update on Shock.Pertemuan Ilmiah Terpadu.Fakultas Kedoketran
Universitas Airlangga Surabaya.
Sanders,J.H, Anaphylactic Reaction Handbook of Medical
Emergencies, Med.Exam. Publ.Co,2 nd Ed.154 : 1978.
Austen, K.F, : Systemic Anaphylaxix in Man JAMA, 192 : 2
.1965.
Van-Arsdel,P,P ,: Allergic Reaction to Penicillin, JAMA
191 : 3, 1965.
.
13.Prof dr A.Husni Tanra, PhD, SpAn, KIC
Bagian Anestesiologi dan Perawatan Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin-Makassar
Bagian Anestesiologi dan Perawatan Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin-Makassar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar