Kamis, 07 Januari 2016

PEMERIKSAAN CAIRAN OTAK



BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Otak adalah organ yang luar biasa, bekerja mengkoordinasikan seluruh yang terjadi di dalam tubuh kita, kepribadian, metabolisme, tekanan darah, emosi, hormon, ingatan , bekerja melebihi komputer manapun didunia ini. Kelainan kecil pada otak akan mempengaruhi aktifitas tubuh, karenanya kita harus selalu menjaga nutrisinya dan menjaga kesehatannya dan mengembangkannya
Otak manusia mempunyai berat 2% dari berat badan orang dewasa (3 pon) , menerima 20 % curah jantung dan memerlukan 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilo kalori energi setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan otak sangat rentan terhadap perubahan oksigen dan glukosa darah, aliran darah berhenti 10 detik saja sudah dapat menghilangkan kesadaran manusia. Berhenti dalam beberapa menit, merusak permanen otak. Hipoglikemia yang berlangsung berkepanjangan juga merusak jaringan otak.
Cairan tubuh (bahasa Inggris: interstitial fluid, tissue fluid, interstitium) adalah cairan suspensi sel didalam tubuh makhluk multiselular seperti manusia atau hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh merupakan komponen penting bagi fluida ekstraselular, termasuk plasma darah dan fluida transelular. Cairan tubuh dapat ditemukan pada spasi jaringan (bahasa Inggris: tissue space, interstitial space). Rata-rata seseorang memerlukan sekitar 11 liter cairan tubuh untuk nutrisi sel dan pembuangan residu jaringan tubuh. Kelebihan cairan tubuh dikeluarkan melalui air seni. Kekurangan cairan tubuh menyebabkan seseorang kehausan dan akhirnya dehidrasi.  Contoh cairan tubuh adalah : darah dan plasma darah, sitosol, cairan serebrospinal (CSS), cairan limfa, cairan pleura, dan cairan amnion.
Pada makalah ini akan dibahas secara khusus pemeriksaan laboratorium klinik terhadap specimen cairan otak atau Liquor Cerebro Spinalis (LCS). Pemeriksaan LCS ini berperan penting dalam mendiagnosa adanya gangguan terhadap selaput otak/ meningia.  Pemeriksaan Terhadap LCS ini terbagi atas pemeriksaan Makroskpis, Mikroskopis, dan Kimiawi.
B.    Tujuan Penulisan
1.    Apa pengertian cairan otak ?
2.    Bagaimana anatomi dan fisiologi otak ?
3.    Bagaimana cara pengambilan cairan serebrospinal ?
4.    Bagaimana parameter pemeriksaan cairan serebrospinal?
C.    Rumusan Masalah
1.      Untuk mengetahui cairan otak ?
2.      Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi otak ?
3.      Untuk mengetahui cara pengambilan cairan serebrospinal ?
4.      Untuk mengetahui parameter pemeriksaan cairan serebrospinal?









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.       Definisi Cairan Otak
 











 Cairan otak ialah cairan jernih, tak berwarna yang 70 % dibuat oleh plexus choroideus di dalam ruang atau ventrikel otak melalui transport akitf dan ultrafiltrasi, sedangkan 30% dibentuk pada tempat lain, termasuk pada ventrikel dan rongga subarachnoid. Pada orang   dewasa   volume   intrakranial   kurang   lebih 1700 ml,  volume otak  sekitar  1400  ml,  volume  cairan  serebrospinal  52-162  ml  (rata-rata  104  ml) dan  darah  sekitar  150  ml.  80%  dari  jaringan  otak  terdiri  dari  cairan,  baik  ekstra sel  maupun  intra  sel.
Rata-rata  cairan  serebrospinal  dibentuk  sebanyak  0,35  ml/menit  atau  500 ml/hari,  sedangkan  total  volume  cairan  serebrospinal  berkisar  75-150  ml  dalam sewaktu.  Ini  merupakan  suatu  kegiatan  dinamis,  berupa  pembentukan,  sirkulasi dan  absorpsi.  Untuk  mempertahankan  jumlah  cairan  serebrospinal  tetap  dalam sewaktu, maka  cairan  serebrospinal  diganti  4-5  kali  dalam  sehari.
 Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang diambil melalui lumbal punksi, Cairan otak tidak boleh dipandang sama dengan cairan yang terjadi oleh proses ultrafiltrasi saja dari plasma darah. Di samping filtrasi, faktor sekresi dari plexus choriodeus turut berpengaruh. Karena itu cairan otak bukanlah transudat belaka. Akan tetapi seperti transudat, susunan cairan otak juga selalu dipengaruhi oleh konsentrasi beberapa macam zat dalam plasma darah.
 Pengambilan cairan otak itu dilakukan dengan maksud diagnostik atau untuk melakukan tindakan terapi. Kelainan dalam hasil pemeriksaan dapat memberi petunjuk kearah suatu penyakit susunan saraf pusat, baik yang mendadak maupun yang menahun dan berguna pula setelah terjadi.
B.  Anatomi dan Fisiologi
Dalam membahas cairan serebrospinal ada baiknya diketahui mengenai anatomi yang berhubungan  dengan  produksi  dan  sirkulasi  cairan serebrospinal,yaitu :
a.    Sistem  Ventrikel

 Sistem ventrikel terdiri dari 2 buah  ventrikel  lateral,  ventrikel  III dan ventrikel IV. Ventrikel lateral terdapat dibagian dalam serebrum, masing-masing ventrikel   terdiri dari 5  bagian yaitu kornu   anterior,   kornu   posterior,   kornu inferior, badan  dan  atrium. Ventrikel  III adalah suatu rongga sempit   digaris   tengah  yang berbentuk corong  unilokuler, letaknya ditengah kepala, ditengah korpus kalosum dan bagian  korpus  unilokuler  ventrikel  lateral,  diatas  sela  tursica,  kelenjar hipofisa dan otak tengah dan diantara hemisfer serebri, thalamus dan dinding hipothalanus.
Disebelah anteropeoterior   berhubungan   dengan   ventrikel   IV melalui  aquaductus sylvii. Ventrikel  IV  merupakan  suatu  rongga  berbentuk  kompleks,  terletak  di sebelah ventral  serebrum  dan  dorsal  dari  pons dan  medula  oblongata.
b.    Meningen dan ruang subarakhnoid
Meningen adalah selaput otak yang merupakan bagian dari  susunan saraf yang bersifat non neural. Meningen terdiri dari jaringan   ikat berupa membran   yang   menyelubungi   seluruh   permukaan   otak,  batang otak dan medula  spinalis. Meningen  terdiri  dari  3 lapisan, yaitu  Piamater, arakhnoid  dan  duramater. Piameter  merupakan  selaput  tipis  yang  melekat  pada  permukaan  otak  yang mengikuti  setiap  lekukan-lekukan  pada  sulkus-sulkus  dan  fisura-fisura,  juga melekat  pada  permukaan  batang  otak  dan  m Karena arakhnoid tidak mengikuti lekukan- lekukan   otak,   maka   dibeberapa tempat ruang  subarakhnoid   melebar  yang disebut  sisterna.  Yang  paling  besar  adalah  siterna  magna,  terletak  diantara bagian  inferior  serebelum danme  oblongata.  Lainnya adalah sisterna  pontis di permukaan ventralpons, sisternainterpedunkularis di permukaan venttralmesensefalon, sisterna   siasmatis   didepan   lamina   terminalis.   Pada sudut  antara   serebelum dan   lamina   quadrigemina terdapat   sisterna   vena magna   serebri.   Sisterna   ini   berhubungan  dengan   sisterna   interpedunkularis melalui  sisterna  ambiens. Edula  spinalis,  terus  ke  kaudal sampai  ke ujung  medula  spinalis setinggi  korpus vertebra. Arakhnoid mempunyai banyak trabekula halus yang  berhubungan dengan piameter,  tetapi  tidak  mengikuti  setiap  lekukan  otak.  Diantara  arakhnoid  dan piameter disebut ruang subrakhnoid,   yang  berisi   cairan  serebrospinal  dan pembuluh-pembuluh darah.           
Ruang  subarakhnoid  spinal  yang  merupakan  lanjutan  dari  sisterna  magna  dan sisterna  pontis  merupakan  selubung  dari  medula  spinalis  sampai  setinggi  S2. Ruang  subarakhnoid  dibawah  L2  dinamakan  sakus  atau  teka  lumbalis,  tempat dimana  cairan  serebrospinal  diambil  pada  waktu  pungsi  lumbal. Durameter  terdiri  dari  lapisan  luar  durameter  dan  lapisan  dalam  durameter. Lapisan   luar   dirameter   di   daerah   kepala   menjadi   satu   dengan   periosteum tulang  tengkorak dan  berhubungan  erat  dengan  endosteumnya.
c.     Ruang Epidural
Diantara  lapisan  luar  dura  dan  tulang  tengkorak  terdapat  jaringan  ikat  yang mengandung  kapiler-kapiler  halus  yang  mengisi  suatu  ruangan  disebut  ruang epidural.
d.    Ruang Subdural        
   Diantara  lapisan  dalam  durameter  dan  arakhnoid  yang  mengandung  sedikit cairan, mengisi  suatu  ruang  disebut  ruang  subdural.
   Pembentukan, Sirkulasi   dan  Absorpsi  Cairan  Serebrospinal  (CSS). Sebagian besar CSS (dua pertiga atau lebih) diproduksi di pleksus choroideus ventrikel serebri (utamanya ventrikel lateralis). Sejumlah kecil dibentuk oleh sel ependim yang membatasi ventrikel dan membran arakhnoid dan sejumlah kecil terbentuk dari cairan yang bocor  ke ruangan perivaskuler di sekitar pembuluh darah otak (kebocoran sawar darah otak).Pada orang dewasa, produksi total CSS yang normal adalah sekitar 21 mL/jam (500 mL/ hari),volume CSS total hanya sekitar 150 mL.
Tekanan Cairan Serebrospinal
Tekanan normal dari sistem cairan serebrospinal ketika seseorang berbaring pada posisi horizontal, rata-rata 130 mm air (10 mmHg), meskipun dapat juga serendah 65 mm air atau setinggi 95 mm air pada orang normal.. Pengaturan Tekanan Cairan Serebsrospinal oleh Vili Arakhnoidalis. Normalnya, tekanan cairan serebrospinal hampir seluruhnya diatur oleh absorpsi cairanmelalui vili arakhnoidalis.
Komposisi dan fungsi cairan serebrospinal (CSS)
Cairan  serebrospinal  dibentuk  dari  kombinasi  filtrasi  kapiler  dan  sekresi  aktif dari epitel.  CSS   hampir  meyerupai   ultrafiltrat   dari   plasma   darah   tapi   berisi konsentrasi   Na,   K,   bikarbonat,   Cairan,   glukosa   yang  lebih  kecil   dan konsentrasi Mg  dan  klorida  yang  lebih  tinggi. Ph  CSS  lebih rendah  dari  darah.
 Perbandingan  komposisi  normal  cairan  serebrospinal  lumbal  dan  serum adalah sebagai berikut :
Tabel perbandingan
Cairan Serebrosal (Ccs)  Dan  Serum
Osmolaritas
295  mOsm/L
295  mOsm/L
Natrium
138  mM
138  mM
Klorida
119  mM
102  mM
PH
7,33
7,41  (arterial)
Tekanan
6,31  kPa
25,3  kPa
Glukosa
3,4  mM
5,0  mM
Total  Protein
0,35  g/L
70  g/L
Albumin
0,23 g/L
42  g/L
Ig  G
0,03 g/L
10  g/L

C. Pengambilan Cairan Serebrospinal
Cairan otak biasanya diperoleh dengan melakukan punksi lumbal pada lumbal III dan IV di cavum subarachnoidale, namun dapat pula pada suboccipital ke dalam cisterna magma atau punksi ventrikel, yang dapat disesuaikan dengan indikasi klinik. Seorang klinik yang ahli dapat memperkirakan pengambilan tersebut. Hasil punksi lumbal dimasukkan dalam 3 tabung atau 3 syringe yang berbeda, antara lain :
a.  Tabung I berisi 1 mL
Dibuang karena tidak dapat digunakan sebagai bahan pemeriksaan   karena mungkin mengandung darah pada saat penyedotan.
b.  Tabung II berisi 7 mL
Digunakan untuk pemeriksaan serologi, bakteriologi dan kimia klinik.
c.  Tabung III berisi 2 mL
Digunakan untuk pemeriksaan jumlah sel, Diff. count dan protein kualitatif/kuantitatif.
D.  Tata Cara pemeriksaan cairan Serebrospinal
a. Pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi tubuh. Leher fleksi maksimal (lutut di tarik ke arah dahi).
b. Tentukan daerah pungsi lumbal di antara L4 dan L5 yaitu dengan menentukan garis potong sumbu kraniospinal (kolumna verterbralis) dan garis antara kedua spina ishiadika anterior superior ( SIAS ) kiri dan kanan. Pungsi dapat pula di lakukan anatara L4 dan L5 atau antara L2 dan L3 namun tidak boleh pada bayi.
c.  Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm dengan larutan Povidon iodin di ikuti larutan alkohol 70% dan tutup dengan duk steril di mana daerah pungsi lumbal di biarkan terbuka.
d. Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang telah memakai sarung tangan steril selama 15 – 30 detik yang akan menandai titik pungsi tersebut selama 1 menit.
e. Tusukan jarum spinal/stylet pada tempat yang telah di tentukan. Masukan jarum perlahan-lahan menyusur tulang vertebra sebelah proksimal dengan mulut jarum terbuka ke atas sampai menembus duramater. Jarak antara kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap anak tergantung umur dan keadaan gizi. Umumnya 1,5 – 2,5 cm pada bayi dan meningkat menjadi 5 cm pada umur 3 –5 tahun. Pada remaja jaraknya 6 – 8 cm.
f.   Lepaskan stylet perlahan-lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan aliran cairan yang lebih baik, jarum di putar hingga mulut jarum mengarah ke kranial. Ambil cairan untuk pemeriksaan
g.  Cabut jarum dan tutup lubang tusukan dengan plester.
                            1                                                           2


                                                                                                  


Foto yang diambil pada saat melakukan pemeriksaan cairan otak yang dilihat di bawa mikroskop 1.2.


E.    Parameter Pemeriksaan Cairan Serebrospinal    
Parameter yang umum diperiksa pada cairan otak adalah sebagai berikut :
1.    Makroskopik
1.    Warna
2.    Kekeruhan (Kejernihan)
3.    Bekuan
4.    BJ
5.    pH
2.    Mikroskopik
1.    Hitung Jumlah Sel
2.    Hitung Jenis Sel (Diff.Count)
3.    Kimiawi
4.    Pandy
5.    Nonne
6.    Protein
7.    Glukosa
8.    Chlorida
9.    Bakteriologi (Pembiakan)
Makroskopik :
1.    Pra analitik
a. Persiapan pasien     : Memerlukan persiapan khusus
b. persiapan sampel    :  Tidak memerlukan persiapan khusus
b. Metode                      :  Visual (Manual)
c. Tujuan                      :  Untuk mengetahui cairan LCS secara makroskopik    
                                                   Meliputi : warna, kejernihan, bekuan, pH dan bj.
d.  Alat Dan Bahan       :          
1.  Tabung reaksi
2.  Beaker gelas
3.  Kertas indikator pH universal
4.  Refraktometer abbe
5.  Spesimen   :  Cairan LCS
2.    Analitik
a. Cara Kerja
1.  Cairan LCS dimasukkan dalam tabung bersih dan kering.
2.  Diamati warna, kejernihan, adanya bekuan pada cahaya terang.
3. Dicelupkan indikator pH universal pada LCS dan diukur pH dengan membandingkan deret standar pH.
4. Cairan LCS diteteskan 1-2 tetes pada refraktometer dan diperiksa pada eye piece BJ.
3.      Pasca Analitik
a. Hasil dan Interpretasi No Parameter Penilaian
 Interpretasi Normal
1. Warna Tidak berwarna, Kuning muda, Kuning, Kuning tua, Kuning coklat, merah, hitam coklat Tidak berwarna
2. Kejernihan    Jernih, agak keruh, keruh, sangat keruh, keruh kemerahan Jernih
3. Bekuan Tidak ada bekuan, ada bekuan    Tidak ada bekuan
4.  pH 7,3 atau setara dengan pH plasma/serum   
5.  BJ 1.000 – 1.010 1.003 – 1.008
Hal yang perlu diperhatikan :
a .  LCS yang bercampur darah dalam jumlah banyak pada kedua tabung, tidak  dapat diperiksa karena karena akan sama hasilnya dengan pemeriksaan  dalam darah, terutama bila ada bekuan merah sebagaimana darah  membeku.
b. Adanya bekuan terlihat berupa kabut putih yang menggumpal karena  bekuan terdiri atas benang fibrin.
Mikroskopik :
1. Pra Analitik
a. Persiapan pasien                 : Tidak ada persiapan khusus
b. Persiapan sampel                : Tidak ada persiapan khusus
c. Metode                                  : Bilik Hitung
     d. Prinsip            `                    `: LCS diencerkan dengan larutan Turk pekat    akan ada sel leukosit dan sel lainnya akan lisis dan dihitung selnya kamar hitung di bawah mikroskop.
e. Tujuan                               : Untuk mengetahui jumlah sel dalam cairan LCS.
f.  Alat Dan Bahan
    1.  Mikroskop
2. Hemaocytometer : Bilik hitung Improved neubauer, kaca penutup, pipet thoma leukosit
3. Tissue
4. Larutan Turk Pekat : Kristal violet 0,1 gram, asam asetat glacial 10 mL dan aquadest 90 mL.
5.  Spesimen     :  LCS
3.    Analitik
a.  Cara Kerja   
1.  Larutan Turk pekat diisap sampai tanda 1 tepat
2.  Larutan LCS diisap sampai tanda 11 tepat.
3.  Dikocok perlahan dan dibuang cairan beberapa tetes.
4. Diteteskan pada bilik hitung dan dihitung sel dalam kamar hitung pada semua kotak leukosit di mikroskop lensa objektif 10x/40x.
b.  Perhitungan
PDP     : 1/10  = 0,1x
TKP     : 1/0,1 = 10x
KBH     : 4 kotak leukosit
Ʃ Sel  : Jumlah sel ditemukan (berwarna keunguan dengan inti dan                           sitoplasma).
Sel                                          = PDP x  TKP  x Jumlah sel ditemukan
KBH
= 0,1   x  10   x Ʃ
                                                = 2,5   x  Ʃ
= ……..sel/mm3 LCS
4.  Pasca Analitik
 Interpretasi           :    Jumlah sel normal = 0 – 5 sel/mm3 LCS
Hitung Jenis Sel
1. Pra Analitik
a. Metode            :  Giemsa Stain
b. Tujuan            : Untukmembedakan jenis sel  mononuklear dan  polinuklear dalam cairan LCS.
c.  Alat Dan Bahan.        
1.    Objek Gelas
2.    Kaca Penghapus
3.    Sentrifuge
4.    Tabung reaksi
5.    Giemsa
6.    Timer
7.    Spesimen   :  LCS
2. Analitik
a. Cairan LCS di masukkan dalam tabung secukupnya.
1.    Disentrifugasi selama 5 menit 2000 rpm
2.    Supernatant dibuang dan endapan diambil.
3.    Diteteskan pada objek gelas dan dibuat preparat hapusan tebal
4.    Di keringkan dan difiksasi selama 2 menit dengan metanol absolut.
5.    Diwarnai dengan Giemsa selama 15-20 menit.
6.    Dicuci dan diperiksa dimikroskop lensa objektif 100x denga imersi.
b. PerhitunganJenis Sel          
1   2        3          4          5          6          7          8          9          10       
Jumlah   % PMN          
3. Pasca Analitik
a. Interpretasi : Normal MN 100% dan PMN 0%













BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Cairan otak ialah cairan jernih, tak berwarna yang 70 % dibuat oleh plexus choroideus di dalam ruang atau ventrikel otak melalui transport akitf dan ultrafiltrasi, sedangkan 30% dibentuk pada tempat lain, termasuk pada ventrikel dan rongga subarachnoid.
Pada orang   dewasa   volume   intrakranial   kurang   lebih 1700 ml,  volume otak  sekitar  1400  ml,  volume  cairan  serebrospinal  52-162  ml  (rata-rata  104  ml) dan  darah  sekitar  150  ml.  80%  dari  jaringan  otak  terdiri  dari  cairan,  baik  ekstra sel  maupun  intra  sel.