PEMERIKSAAN II
I.
Hari / tanggal : Kamis, 28
april 2016
II.
Judul :
Pemeriksaan Hepatitis
III.
Tujuan :
Untuk mendeteksi adanya antigen HBsAg
yang terdapat dalam serum
IV.
Metode :
imunokromatografi
V.
Prinsip :
imunokromatografi dengan prinsip serum /
plasma yang diteteskan pada bantalan sampel
bereaksi dengan partikel yang telah dilapisi
dengan anti HBs (antibody). Campuran ini
selanjutnya
akan bergerak sepanjang strip
membrane untuk berikatan dengan antibody
spesifik pada daerah test (T). sehingga akan
menghasilkan garis warna.
VI.
Landasan teori
Hepatitis adalah suatu keadaan
peradangan jaringan hati, yang disebabkan oleh infeksi atau non infeksi. Salah satu
gejala yang dapat terlihat pada pasien hepatitis adalah kulit dan sklera
mata menjadi berwarna kuning (ikterus ). Ikterus adalah suatu keadaan dimana plasma,
kulit dan
selaput lendir menjadi kuning yang diakibatkan pewarnaan yang berlebihan oleh pigmen empedu (
bilirubin ). Ikterus pertama dilaporkan oleh Hippokrates. Dalam perang dunia ke
2 telah dilaporkan berbagai epidemik
ikterus, terutama terjadi di Timur Tengah dan Italia ( Noer HMS, 1996).
Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama virus
hepatitis A, B, C, D dan E. Virus tersebut dapat menyebabkan keadaan hepatitis
akut dengan manifestasi klinis yang bervariasi dari tanpa gejala sampai
gejala yang paling berat, bahkan
kematian. Hepatitis A dan E tidak menyebabkan kronisitas, sebaliknya hepatitis B, C, D dapat menyebabkan keadaan infeksi yang menetap yang akan menjadi hepatitis
kronis, sirosis, dan kanker hati
(Noer HMS, 1996).
Dari kelima virus hepatitis tersebut, virus hepatitis B (
HBV ) merupakan virus hepatitis yang paling
penting karena dapat mengakibatkan
berbagai macam manifestasi klinik pertama menyebabkan krosinitas, serta dapat
menyerang semua umur, sehingga pada umur-umur produktif menyebabkan disability. Seorang pengidap hepatitis
kronik dapat menyebabkan sirosis hati maupun karsinoma hati primer yang
permanen bahkan dapat menimbulkan kematian. Virus ini juga masuk melalui darah
ataupun cairan tubuh dari seseorang yang terinfeksi seperti halnya virus HIV.
Hepatitis B hampir 100 kali lebih infeksius dibandingkan dengan virus HIV ( Johnson and Triger, 1992 ).
Proses penemuan virus hepatitis B diawali oleh Blumberg dkk
pada tahun 1965 dengan melakukan pcnelitiannya untuk mencari antibiotik yang
timbul terhadap lipoprotein, mereka mendapatkan pada 2 orang penderita
hemofilia yang sering mendapat tranfusi darah suatu antibodi yang dapat
bereaksi dengan suatu antigen yang didapatkan dari seseorang aborigin dari
Australia. Pada waktu itu didapatkan bahwa antigen tersebut didapatkan pada 20
% penderita hepatitis virus. Antigen ini dulu dinamakan Australia Antigen dan
kemudian dinamakan HbsAg. Pada tahun 1970, Dane dkk mendapatkan untuk pertama
kalinya dibawah mikroskop elektron partikel HbsAg dan partikel HBV utuh yang
kini dinamakan partikel dane (Jawett dkk ).
Saat ini di dunia diperkirakan terdapat 350 juta pengidap
hepatitis B. Sebanyak 78 % terdapat di Asia Tenggara ( Sulaiman A dan
Julitasari, 1998 ). Virus hepatitis B merupakan penyebab utama hepatitis kronik
dan karsinoma hepatoseluler ( KHS ) serta menyebabkan 1 juta kematian pada tiap
tahunnya (Oswari H, 2000 ).
Di Asia Tenggara dengan tingkat endemitas tinggi, umumnya
infeksi virus hepatitis B didapat pada saat atau pada masa dini kehidupan. Pada
keadaan demikian, umumnya infeksi virus hepatitis B tidak memberikan gejala
sehingga sulit untuk diketahui. Hal ini menyebabkan tingginya penyakit hati
kronis dan keganasan pada orang dewasa (
Atkinson W, dkk 1999 ).
Angka prevalensi hepatitis B di Indonesia sangat bervariasi
mengingat Indonesia dengan geografis yang sangat luas, dengan perilaku dan
budaya yang beraneka ragam. Indonesia termasuk daerah Asia Tenggara dengan
prevalensi hepatitis tingkat sedang sampai tinggi ( Sulaiman HA dan Julitasari,
1998 ). Angka kejadian di Indonesia mencapai 4% - 30% pada orang normal,
sedangkan pada penyakit hati menahun dapat ditemukan angka kejadian 20% - 40%.
Apabila seseorang terinfeksi virus ini maka gejalanya dapat sangat ringan dan
berat sekali. Pada orang dewasa dengan infeksi akut biasanya jelas dan akan
sembuh sempurna pada sebagian besar (
90%) pasien ( Dexa M, 2006 ).
Hepatitis B merupakan radang hati yang
disebabkan oleh karena
infeksi Virus Hepatitis B ( VHB ). Apabila seseorang terinfeksi dengan virus ini maka gejalanya dapat sangat ringan sampai berat sekali. Ketahanan hidup virus ini
sangat tinggi, virus Hepatitis B sangat berbahaya karena sisa dari serangan
virus ini meninggalkan penyakit yang
kronis dan menahun seperti penyakit pengerasan hati dan kanker hati. Dapat juga
menimbulkan kelainan di luar organ hati ( Extra-hepatal ) seperti
poliartritis nodosa, membrano -
proliferative gromerulo nephritis, essential mixed cryoglobulinemia, scrum sicknes syndrome ( Dexa M, 2006 ).
Pada orang dewasa dengan infeksi akut biasanya jelas dan
akan sembuh sempurna pada sebagian besar ( 90% ) pasien. Akan tetapi pada
anak-anak terutama balita, sebagian besar dari mereka penyakitnya akan
berlanjut menjadi menahun ( Dexa M, 2006 ).
Hingga saat ini belum ada obat yang memuaskan untuk infeksi
hepatitis B, karena itu, pencegahan merupakan cara terbaik, yakni dengan pola
hidup sehat, mencegah perilaku seksual berisiko tinggi, dan imunisasi.
Hepatitis B dapat dicegah dengan imunisasi Hepatitis B pada anak. Vaksin ini,
biasanya diberikan sebanyak tiga kali pada bayi sebelum berusia 1 tahun. Atau
menurut Lesmana, vaksin Hepatitis yang paling baik untuk bayi, adalah 24 jam
setelah bayi tersebut dilahirkan. Vaksinasi pada usia dewasa tindakan paling
tepat, karena di Indonesia mempunyai prevalensi yang tinggi. Dengan vaksinasi
ini anda dan keluarga akan terlindung dari tertularnya virus hepatitis B. Dalam
proses awal, seseorang yang akan melakukan vaksinasi hepatitis B harus
menjalani pemeriksaan saring di laboratorium. yaitu untuk mengetahui sejauh
mana keberadaan virus di dalam tubuh dan tindak lanjut yang diperlukan ( Dexa M. 2006 ).
VII.
Metode Kerja
A.
Pra Analitik
1.
Persiapan pasien : Tidak ada persiapan khusus
2.
Persiapan sampel : Urin Segar
3.
Alat dan Bahan
a.
Alat yang digunakan
1)
Rak tabung
2)
Sentrifuge
3)
Strip HBsAg
4)
Tabung EDTA
5)
Tourniquet
b.
Bahan yang digunakan
1)
Alkohol 70%
2)
Kapas
3)
Serum / plasma
4)
Spoit
B.
Analitik
1.
Prosedur kerja
1)
Disiapkan alat dan bahan
2)
Dilepaskan alat tes dari tutupnya (untuk mendapatkan hasil yang baik
sebaiknya tes dilakukan dalam waktu 1
jam.
3)
Ditempatkan alat tes pada permukaan datar dan bersih
4)
Dicelupkan strip kedalam specimen selama
10 detik sampaitercampur basah. Hindari
kemungkinan specimen mencapai diatas tingkat yang ditunjukan oleh panah pada
strip, setelah itu, atur waktu.
5)
Ditunggu sampai garis merah muncul pada
test (C/T). Hasil sebaiknya dibaca dalam
waktu15 menit
C.
Pasca Anlitik
1.
Data pasien
Nama : Mirnawati
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Hasil : (-) Negatif
2.
Interpretasi hasil
VIII.
Kesimpulan
Dari hasil pmeriksaan yang telah dilaakukan pada pasien
atas nama mirnawati didapatkan hasil (-) negative.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar