BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kotoran manusia adalah semua benda
atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam
tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja
(faeces), air seni (urine), dan CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan.Saat
ini akses masyarakat terhadap sarana sanitasi khususnya jamban, masih jauh dari
harapan. Berbagai kampanye dan program telah banyak dilakukan, terakhir
dengan pemberlakuan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Berbagai
upaya tersebut sebetulnya bermuara pada terpenuhinya akses sanitasi masyarakat,
khususnya jamban. Namun akses tersebut selain berbicara kuantitas yang
terpenting adalah kualitas. Berdasarkan hasil penelitian yang ada, seorang yang
normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari 970 gram dan
menghasilkan air seni 970 gram. Jadi bila penduduk Indonesia dewasa saat ini
200 juta maka setiap hari tinja yang dikeluarkan sekitar 194.000 juta gram
(194.000 ton).
Pemeriksaan
feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama
dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun
saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern , dalam
beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan
oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang
memerlukan pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel yang benar serta
pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang
dilakukan oleh klinisi.
Sputum merupakan bahan yang digunakan sebagai salah
satu sampel pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosa berbagai macam penyakit
tertentu. Pemeriksaan
sputum merupakan salah satu pemeriksaan utama khususnya untuk penyakit di
paru-paru dan sekitarnya yang dapat dideteksi dengan sputum. Sputum yang dikeluarkan
oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi karena kondisi sputum
memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan
sputum itu sendiri.
Pemeriksaan
sputum juga dapat mendiagnosa apakah suatu pengobatan dapat berhasil atau
berjalan dengan lanacar maupun sebaliknya. Pengetahuan tentang pemeriksaan sputum
dan hal-hal yang berkaitan dengannya sangat diperlukan oleh seorang analis
laboratorium untuk meningkatkan kompetensinya.
B.
Tujuan
1. Untuk mengetahu pengertian feses dan
sputum
2. Untuk mengetahui dekomposisi feses
3. Untuk mengetahui macam-macam warna
pada feses
4. Untuk mengetahui akibat buruknya
pembuangan feses
5. Untuk mengetahui pemeriksaan feses
dan sputum
6. Untuk mengetahui klasifikasi sputum
7. Untuk mengetahui tujuan specimen
8. Untuk mengetahui pengumpulan sputum
BAB
II
PEMBAHASAN
“Feses”
A.
Pengertian
Feses merupakan Sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari
makanan yang kita makan, dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna. Dalam keadaan normal dua pertiga tinja
terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel
usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris, celulosa gas indol, skatol,sterkobilinogen dan bahan patologis. Normal : 100 – 200 gram / hari. Frekuensi
defekasi : 3x / hari – 3x / minggu. Pada keadaan patologik seperti diare
didapatkan peningkatan sisa makanan dalam tinja, karena makanan melewati
saluran pencernaan dengan cepat dan tidak dapat diabsorpsi secara sempurna. Bahan
pemeriksaan tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan, jika pemeriksaan
sangat diperlukan contoh tinja dapat diambil dengan jari bersarung dari rektum.
Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi
oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces)
merupakansalah satu sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Orang yang
terkena diare, kolera dan infeksi cacing biasanya mendapatkan infeksi ini
melalui tinja (faeces). Seperti halnya sampah, tinja juga mengundang kedatangan
lalat dan hewan-hewan lainnya. Lalat yang hinggap di atas tinja (faeces) yang
mengandung kuman-kuman dapat menularkan kuman-kumanitu lewat makanan yang
dihinggapinya, dan manusia lalu memakan makanantersebut sehingga berakibat
sakit. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan akibat tinja manusia antara lain
tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita),
schistosomiasis, dan sebagainya.
Pemeriksaan feses adalah mengambil dan menyediakan feses
sebagai bahan pemeriksaan laboratorium.
Tujuan dari pemeriksaan feses adalah menyediakan feses sebagai bahan
pemeriksaan sesuai dengan kebutuhan dan melihat ada tidaknya darah. Pemeriksaan
ini mudah dilakukan baik oleh perawat atau klien sendiri.Pemeriksaan ini
menggunakan kertas tes Guaiac. analisa produk diet dan sekresi saluran cerna.
Bila feses mengandung banyak lemak (disebut: steatorrhea), kemungkinan ada
masalah dalam penyerapan lemak di usus halus. Bila ditemukan kadar empedu
rendah, kemungkinan terjadi obstruksi pada hati dan kandung empedu, mendeteksi telur cacing dan parasit.
Untuk pemeriksaan ini dilakukan tiga hari berturut-turut. mendeteksi virus dan bakteri. Untuk
pemeriksaan ini diperlukan jumlah feses sedikit untuk dikultur.Pengambilan
perlu hati-hati agar tidak terkontaminasi.Pada lembar pengantar perlu
dituliskan antibiotik yang telah dikonsumsi. Pemeriksaan in dilakukan pada setiap pasien baru atau
sewaktu-waktu bila diperlukan.
B. Dekomposisi
Tinja
Tinja dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai
mengalami penguraian (decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi
bahan yang stabil, tidak berbau, dan tidak mengganggu. Aktifitas utama
dalam proses dekomposisi adalah :
·
Pemecahan
senyawa organic kompleks, seperti protein dan urea,
menjadi bahan yang lebih sederhana dan lebih stabil;
·
Pengurangan volume
dan massa (kadang - kadang sampai 80%) dari bahan
yang mengalami dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbondioksida, amoniak,
dan nitrogen yang dilepaskan ke atmosfer; Bahan - bahan yang terlarut yang
dalam keadaan tertentu meresap kedalam tanah di bawahnya.
·
Penghancuran organisme
pathogen yang dalam beberapa hal tidak mampu hidup dalam proses
dekomposisi, atau diserang oleh banyak jasad renik didalam massa
yang tengah mengalami dekomposisi. Bakteri memegang peranan penting dalam
dekomposisi. Aktifitas bakteri dapat berlangsung dalam suasana aerobik,
yakni dalam keadaan terdapat udara, atau anaerobic dalam keadaan tidak
terdapat oksigen.
Proses
dekomposisi berlangsung pada semua bahan organic mati yang berasal
dari tumbuhan atau hewan, terutama pada komponen nitrat, sulfat,atau karbonat
yang dikandungnya. Pada kotoran manusia yang merupakan campuran tinja dan air
seni yang relative kaya akan senyawa nitrat, proses dekomposisi terjadi melalui
siklus nitrogen. Pada siklus ini, pertama - tama, senyawa dipecahkan menjadi
amonia dan bahan sederhana lainnya. Kemudian, diubah oleh bakteri nitrit
(nitrifying bacteria) menjadi nitrit dan nitrat. Bau merangsang yang timbul
selama dekomposisi air seni disebabkan oleh amonia yang terlepas sebelum
berubah menjadi bentuk yang lebih stabil. Dekomposisi dapat berlangsung sangat
cepat, dari beberapa hari pada dekomposisi mekanis yang sangat terkendali sampai
dengan beberapa bulan, bahkan hamper satu tahun pada kondisi rata - rata
lubang jamban. Pada umunya, kondisi yang terjadi pada dekomposisi tinja
tidak menguntungkan bagi kehidupan organisme pathogen. Bukan hanya karena
temperatur dan kandungan airnya yang menghambat pertumbuhan
organisme pathogen itu, melainkan kompetisi antara flora bakteri dan
protozoa, yang bersifat predator dan merusak.
Hasil
akhir proses dekomposisi mengandung nutrient tanah yang bermanfaat dan
dapat memberikan keuntungan bila digunakan sebagia pupuk penyubur
tanaman (fertilizer). Kadang - kadang petani mengeluh karena sedikitnya
kandungan nitrogen pada tinja yang telah memngalami dekomposisi. Tinja segar
memang mengandung lebih banyak bahan nitrogen, namun bahan itu tidak dapat digunakan
oleh tanaman pada susunannya yang asli. Tanaman hanya dapat menggunaan nitrogen
sebagian amonia, nitrit, atau nitrat yang mana dihasilkan selama dekomposisi
tahap lanjutan. Bila tinja segar dihamparkan diatas tanah, kebanyakan nitrogen
akan berubah menjadi bahan padat yang menguap ke udara sehingga tidak
dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
C.
Macam – Macam Warna Feses
Feses umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin (sel
darah merah yang mati, yang juga merupakan zat pemberi warna pada feses dan
urin). Bilirubin adalah pigmen
kuning yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam hati (liver).
Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang melalui feses. Fungsinya untuk
memberikan warna kuning kecoklatan pada feses. Selain itu warna dari feses ini
juga dapat dipengaruhi oleh kondisi medis, makanan serta minuman yang
dikonsumsi, karena itu sangat mungkin warna feses berubah sesuai dengan makanan
yang dikonsumsi.
© Warna Kuning Kecoklatan
Feses berwarna Kuning adalah normal. Karena Feses manusia pada
umumnya adalah warna ini. Warna keCoklatan ato keKuningan ini disebabkan karena
feses mengandung suatu zat berwarna orange-kuning yg disebut Bilirubin. Nah,
ketika Bilirubin ini bergabung dgn zat besi dari usus maka akan dihasilkan
perpaduan warna cokelat kekuning - kuningan.
© Warna Hitam Feses
berwarna Hitam bisa jadi mengandung darah dari sistem
pencernaan sebelah atas, kerongkongan, lambung ato jg bagian hulu usus
halus. Zat Lain yg memberi warna Hitam ke feses kita bisa juga dari
zat-zat makanan berwarna Hitam(Licorice), timbal, pil yg mengandung besi,
pepto-bismol atau blueberry. Bisa juga karena mengkonsumsi herb (sejenis
tumbuhan yang dikenal dengan akar manis).
© Warna Hijau
Feses warna Hijau didapat dari Klorofil sayuran, seperti
bayam yang dikonsumsi. Selain itu pewarna makanan biru atau hijau yang biasa
terkandung dalam minuman atau es bisa menyebabkan feses berwarna hijau. Kondisi
ini biasanya disebabkan oleh makanan yang terlalu cepat melewati usus besar
sehingga tidak melalui proses pencernaan dengan sempurna. Feses Hijau jg bisa
terjadi pada diare, yakni ketika bahan pembantu pencernaan yg diproduksi hati
dan disimpan dalam empedu usus tanpa pengolahan atau perubahan. Ada kejadian
khusus pada bayi dimana jika feses berwarna hijau dianggap feses normal,
khususnya ketika bayi itu baru aja dilahirkan.
© Warna Merah
Seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini
dominan diberi oleh kandungan darah. Darah ini di dapat dari sistem pencernaan
bagian bawah. Wasir dan radang usus besar adalah yang menjadi penyebab utama
Feses menjadi berwarna merah. Feses merah akibat makanan umumnya disebabkan
oleh buah bit, makanan dengan pewarna merah termasuk minuman bubuk dan juga
makanan yang mengandung gelatin. Mengkonsumsi tomat juga bisa membuat feses
jadi merah.
©
Warna
Abu-abu / Pucat
Sama
dalam dunia manusia, wajah pucat menandakan orang yang sakit bukan ? Kali ini
feses pucat pun menandakan si empunya Feses sedang dilanda sakit. Biasanya sang
empunya sedang mengalami penyakit Liver, pankreas, atau empedu, maka pantat
dari sang empu akan berwarna abu-abu atau pucat.
D.
Akibat Buruknya Pembuangan Feses
Berikut ini adalah permasalahan yang mungkin ditimbulkan
akibat buruknya penanganan buangan tinja :
©
Mikroba
Tinja manusia mengandung puluhan miliar
mikroba, termasuk bakteri koli-tinja. Sebagian diantaranya tergolong sebagai
mikroba patogen, seperti bakteri Salmonela typhi penyebab demam
tifus, bakteriVibrio cholerae penyebab kolera, virus penyebab hepatitis A,
dan virus penyebab polio. Tingkat penyakit akibat kondisi sanitasi yang buruk
di Indonesia sangat tinggi. BAPPENAS menyebutkan, tifus mencapai 800 kasus per
100.000 penduduk. Sedangkan polio masih dijumpai, walaupun dinegara lain sudah
sangat jarang.
©
Materi
Organik
Kotoran manusia (tinja) merupakan
sisi dan ampas makanan yang tidak tercerna. Ia dapat berbentuk karbohidrat,
dapat pula protein, enzim, lemak, mikroba dan sel-sel mati. Satu liter tinja
mengandung materi organik yang setara dengan 200-300 mg BODS (kandungan bahan
organik).
©
Telur
Cacing
Seseorang yang cacingan akan
mengeluarkan tinja yang mengandung telu-telur cacing. Beragam cacing dapat
dijumpai di perut kita. Sebut saja, cacing cambuk, cacing gelang, cacing
tambang, dan keremi. Satu gram tinja berisi ribuan telur cacing yang siap
berkembang biak diperut orang lain. Anak cacingan adalah kejadian yang biasa di
Indonesia. Penyakit ini kebanyakan diakibatkan cacing cambuk dan cacing gelang.
Prevalensinya bisa mencapai 70 persen dari balita.
©
Nutrien
Umumnya merupakan senyawa nitrogen
(N) dan senyawa fosfor (P) yang dibawa sisa-sisa protein dan sel-sel mati.
Nitrogen keluar dalam bentuk senyawa amonium, sedangkan fosfor dalam bentuk
fosfat. Satu liter tinja manusia mengandung amonium sekitar 25 gram dan fosfat
seberat 30 mg. Senyawa nutrien memacu pertumbuhan ganggang (algae).
Akibatnya, warna air menjadi hijau. Ganggang menghabiskan oksigen dalam air
sehingga ikan dan hewan lainnya mati.
E. Pemeriksaan
Feses
Pemeriksaan Feses merupakan cara
yang dilakukan untuk mengambil feces sebagai bahan pemeriksaan , yaitu
pemeriksan lengkap dan pemeriksaan kultur.
Jenis makanan serta gerak
peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun konsistensinya.
1. Indikasi Pemeriksaan :
·
Adanya
diare dan konstipasi
·
Adanya
ikterus
·
Adanya
gangguan pencernaan
·
Adanya
lendir dalam tinja
·
Kecurigaan
penyakit gastrointestinal
·
Adanya
darah dalam tinja
2. Syarat Pengumpulan Feces :
·
Tempat
harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak
dikeluarkan. Bila pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.
·
Pasien
dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.
·
Diambil
dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
·
Paling
baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher pemeriksaan tinja sewaktu
·
Pasien
konstipasi
3. Alur pemeriksaan :
Pengumpulan bahan Pemeriksaan, Pengiriman dan Pengawetan
bahan tinja, Pemeriksaan tinja, serta Pelaporan hasil pemeriksaan.
Jika akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari
tinja itu yang memberi kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan
umpamanya bagian yang tercampur darah atau lendir dan sebagainya. Oleh Karen
unsure-unsur patologik biasanya tidak terdapat merata, maka hasil pemeriksaan
mikroskopis tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup
diberi tanda – (negative), +, ++ atau +++ saja.
Pemeriksaan
feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas :
·
Pemeriksaan
makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang: konsistensi, warna, darah,
lendir). Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus segera diobati,
yaitu infeksi karena amuba atau bakteri shigella.
·
Pemeriksaan
mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop: leukosit, eritrosit,
epitel, amilum, telur cacing dan amuba). Adanya amuba menandakan adanya infeksi
saluran cerna terhadap amuba tersebut, dan adanya telur cacing menandakan harus
diobatinya pasien dari infeksi parasit tersebut.
·
Pemeriksaan
kimia : untuk mengetahui adanya Darah Samar, Urobilin, Urobilinogen,
Bilirubin dalam feses / tinja.
BAB III
PEMBAHASAN “Sputum”
A.
Pengertian
Sputum
atau Secret adalah cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum
yang memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan
berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain : ludah biasa
akan membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian atas permukaan
cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah akan
menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum hal ini tidak ditemukan .
(Widman, 1994)
Sputum
paling baik untuk pemeriksaan adalah sputum pagi hari, karena sputum pagi
paling banyak mengandung kuman. Sputum pagi di kumpulkan sebelum menggosok
gigi, tetapi sudah berkumur dengan air untuk membersihkan sisa makanan
dalam mulut yang tertinggal. (B. sandjaja, 1992).
B.
Klasifikasi Sputum
Sputum yang dikeluarkan
pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistensinya,
karena kondisi sputum biassanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian
patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
Klasifikasi bentukan sputum dan kemungkinan
penyebabnya :
® Sputum yang dihasilkan
sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan berasal dari sinus atau saluran
hidung, bukan dari saluran nafas bagian bawah.
® Sputum banyak sekali dan
purulen → proses supuratif (eg.
Abses Paru)
® Sputum yang terbentuk
perlahan dan terus meningkat → tanda Bronchitis/ bronchiektasia
® Sputum kekuning-kuningan → proses infeksi
® Sputum hijau → proses penimbunan nanah. Warna hijau ini
disebabkan adamya verdoferoksidase yang dihasilkan oleh PNM dalam sputum. Sputum
hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan
sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
® Sputum merah muda dan berbusa
→ tanda edema paru akut.
® Sputum
berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronkitis kronik.
® Sputum
berbau busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis.
C.
Tujuan Spesimen
Pemeriksaan sputum bersifat mikroskopik dan penting untuk diagnosis
etiologi berbagai penyakit pernapasan. Pemeriksaan mikroskopik dapat menjelaskan
organism penyebab penyakit pada berbagai pneumonia bacterial, tuberkulosa,
serta berbagai jenis infeksi jamur. Pemeriksaan sitologi eksfoliatif pada
sputum dapat membantu diagnosis karsinoma paru-paru. Sputum dikumpulkan untuk
pemeriksaan dalam mengidentifikasi organisme patogenik dan menentukan apakah
terdapat sel-sel malignan atau tidak. Aktifitas ini juga digunakan untuk
menkaji sensitivitas (di mana terdapat peningkatan eosinofil). Pemeriksaan
sputum secara periodik mungkin diperlukan untuk klien yang mendapat antibiotik,
kortikosteroid, dan medikasi imunosupresif dalam jangka panjang, karena
preparat ini dapat menimbulkan infeksi oportunistik. Secara umum, kultur sputum
digunakan dalam mendiagnosis untuk pemeriksaan sensitivitas obat dan sebagai
pedoman pengobatan.
D. Pemeriksaan
Sputum
Pemeriksaan sputum biasanya diperlukan jika diduga
adanya penyakit paru. Membran mukosa saluran pernapasan berespons terhadap
inflamasi dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung organisme
penyebab. Perhatikan dan catat volume, konsistensi, warna dan bau sputum.
Pemeriksaan sputum mencakup pemeriksaan :
v Pewarnaan
Gram,biasanya pemeriksaan ini memberikan cukup informasi tentang organism yang
cukup untuk menegakkan diagnose presumtif.
v Kultur
Sputum mengidentifikasi organisme spesifik untuk menegakkan diagnose definitif.
Untuk keperluan pemeriksaan ini, sputum harus dikumpulkan sebelum dilakukan
terapi antibiotic dan setelahnya untuk menentukan kemanjuran terapi.
v Basil
Tahan Asam (BTA) menentukan adanya mikobacterium tuberculosis, yang setelah
dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna oleh alcohol
asam.
E.
Pengumpulan Sputum
Sebaiknya klien diinformasikan tentang pemeriksaan
ini sehingga akan dapat dikumpulkan sputum yang benar-benar sesuai untuk
pemeriksaan ini. Instruksikan pasien untuk mengumpulkan hanya sputum yang
berasal dari dalam paru-paru. (Karena sering kali jika klien tidak di jelaskan
demikian, klien akan mengumpulkan saliva dan bukan sputum). Biasanya dibutuhkan
sekitar 4 ml sputum untuk suatu pemeriksaan laboraturium. Implikasi keperawatan
untuk pengumpulan sputum termasuk :
® Klien
yang kesulitan dalam pembentukan sputum atau mereka yang sangat banyak
membentuk sputum dapat mengalami dehidrasi, perbanyak asupan cairan klien.
® Kumpulkan
sputum sebelum makan dan hindari kemungkinan muntah karena batuk.
® Instruksikan klien untuk berkumur dengan air
sebelum mengumpulkan specimen untuk mengurangi kontaminasi sputum.
® Instruksikan
klien untuk mengingatkan dokter segera setelah specimen terkumpul sehingga
specimen dapat dikirim ke laboraturium secepatnya.
1. Pengambilan
Spesimen
Pengumpulan
sputum yang terbaik adalah sputum pagi hari atau sputum semalam dengan jumlah
yang terkumpul sebanyak 3-5 ml setiap wadah penampung sputum.
2. Cara
pengambilan sputum
Pasien
berkumur dengan air garam dahulu, kemudian di beri wadah yang bermulut lebar,
mempunyai tutup berulir, suci hama, tidak mudah pecah, tidak bocor,
sekali pakai dibuang (disposible). Pasien dalam posisi berdiri, jika tidak
memungkinkan dapat dengan duduk agak membungkuk. Pagi hari setelah bangun
tidur biasanya rangsangan batuk sangat kuat, tetapi penderita di anjurkan untuk
menahanya dan menarik nafas dalam-dalam. Kemudian segera di suruh batuk
sekuat-kuatnya sehingga merasakan dahak yang dibatukkan keluar dari
tenggorokan. Sputum yang keluar di tampung dalam wadah yang di sediakan, mulut
wadah penampung dibersihkan dari tetesan dahak lalu di tutup. Wadah diberi
label yang yang berisi nama, alamat, tanggal pengambilan serta nama
pengirim.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tinja merupakan semua benda atau zat
yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh.
Tinja (faeces) merupakansalah satu sumber penyebaran penyakit yang
multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan infeksi cacing biasanya
mendapatkan infeksi ini melalui tinja (faeces). Dalam keadaan
normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi
saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris, celulosa gas
indol, skatol, sterkobilinogen dan bahan patologis. Normal : 100 – 200 gram / hari. Frekuensi defekasi : 3x /
hari – 3x / minggu.
Sputum
adalah secret yang dikeluarkan dan berasal dari bronchi,bukan bahan yang
berasal dari tenggorokan, hidung, ataupun mulut. Pemeriksaan sputum digunakan
untuk mengetahui infeksi tertentu seperti pneumonia dan TBC. Pengambilan sampel
sputum harus dilakukan sesteril mungkin menghindati kontaminasi dengan bakteri
luar. Lebih baiknya menggunakan sputum pagi untuk pemeriksaan. Pemeriksaan
sputum meliputi pemeriksaan secara makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan
makroskopis yaitu : volume, bau, warna, konsistensi, dan unsure-unsur tertentu.
Pemeriksaan mikroskopis dapat dilakuakan dengan sediaan natif dan sediaan
pulasan. Bakteri yang dapat ditemukan dalam sputum antara lain flora-flora
normaol dalam mulut. Jika ditemukan Mycobacterium tuberculosa merupakan
spesifikasi dari penyakuit TBC. Ditemukannya kuman-kuman penyebab pneumonia
merupakan salah satu penanda dari penakit pneumonia.
DAFTAR PUSTAKA
http://ulfidewi.blogspot.co.id/2014/12/makalah-pengambilan-spesimen-dalam.html
http://dewiutami91.blogspot.co.id/2011_12_01_archive.html
http://fatimatussadiah.blogspot.co.id/2013_09_01_archive.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar