Jumat, 23 Oktober 2015

Makalah Sputum dan Feses

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine), dan CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan.Saat ini akses masyarakat terhadap sarana sanitasi khususnya jamban, masih jauh dari harapan. Berbagai kampanye dan program telah banyak dilakukan, terakhir dengan pemberlakuan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Berbagai upaya tersebut sebetulnya bermuara pada terpenuhinya akses sanitasi masyarakat, khususnya jamban. Namun akses tersebut selain berbicara kuantitas yang terpenting adalah kualitas. Berdasarkan hasil penelitian yang ada, seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari 970 gram dan menghasilkan air seni 970 gram. Jadi bila penduduk Indonesia dewasa saat ini 200 juta maka setiap hari tinja yang dikeluarkan sekitar 194.000 juta gram (194.000 ton).
Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern , dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi.
Sputum merupakan bahan yang digunakan sebagai salah satu sampel pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosa berbagai macam penyakit tertentu.  Pemeriksaan sputum merupakan salah satu pemeriksaan utama khususnya untuk penyakit di paru-paru dan sekitarnya yang dapat dideteksi dengan sputum. Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi karena kondisi sputum memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri. Pemeriksaan sputum juga dapat mendiagnosa apakah suatu pengobatan dapat berhasil atau berjalan dengan lanacar maupun sebaliknya. Pengetahuan tentang pemeriksaan sputum dan hal-hal yang berkaitan dengannya sangat diperlukan oleh seorang analis laboratorium untuk meningkatkan kompetensinya.

B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahu pengertian feses dan sputum
2.      Untuk mengetahui dekomposisi feses
3.      Untuk mengetahui macam-macam warna pada feses
4.      Untuk mengetahui akibat buruknya pembuangan feses
5.      Untuk mengetahui pemeriksaan feses dan sputum
6.      Untuk mengetahui klasifikasi sputum
7.      Untuk mengetahui tujuan specimen
8.      Untuk mengetahui pengumpulan sputum


BAB II
PEMBAHASAN “Feses”
A.    Pengertian
Feses merupakan Sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang kita makan, dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna.  Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris, celulosa gas indol, skatol,sterkobilinogen dan  bahan patologis. Normal : 100 – 200 gram / hari. Frekuensi defekasi : 3x / hari – 3x / minggu. Pada keadaan patologik seperti diare didapatkan peningkatan sisa makanan dalam tinja, karena makanan melewati saluran pencernaan dengan cepat dan tidak dapat diabsorpsi secara sempurna. Bahan pemeriksaan tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan, jika pemeriksaan sangat diperlukan contoh tinja dapat diambil dengan jari bersarung dari rektum.
Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakansalah satu sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan infeksi cacing biasanya mendapatkan infeksi ini melalui tinja (faeces). Seperti halnya sampah, tinja juga mengundang kedatangan lalat dan hewan-hewan lainnya. Lalat yang hinggap di atas tinja (faeces) yang mengandung kuman-kuman dapat menularkan kuman-kumanitu lewat makanan yang dihinggapinya, dan manusia lalu memakan makanantersebut sehingga berakibat sakit. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan akibat tinja manusia antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis, dan sebagainya.
Pemeriksaan feses adalah mengambil dan menyediakan feses sebagai bahan pemeriksaan laboratorium.  Tujuan dari pemeriksaan feses adalah menyediakan feses sebagai bahan pemeriksaan sesuai dengan kebutuhan dan melihat ada tidaknya darah. Pemeriksaan ini mudah dilakukan baik oleh perawat atau klien sendiri.Pemeriksaan ini menggunakan kertas tes Guaiac. analisa produk diet dan sekresi saluran cerna. Bila feses mengandung banyak lemak (disebut: steatorrhea), kemungkinan ada masalah dalam penyerapan lemak di usus halus. Bila ditemukan kadar empedu rendah, kemungkinan terjadi obstruksi pada hati dan kandung empedu, mendeteksi telur cacing dan parasit. Untuk pemeriksaan ini dilakukan tiga hari berturut-turut. mendeteksi virus dan bakteri. Untuk pemeriksaan ini diperlukan jumlah feses sedikit untuk dikultur.Pengambilan perlu hati-hati agar tidak terkontaminasi.Pada lembar pengantar perlu dituliskan antibiotik yang telah dikonsumsi. Pemeriksaan in dilakukan pada setiap pasien baru atau sewaktu-waktu bila diperlukan.

B.     Dekomposisi Tinja
Tinja dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai mengalami penguraian (decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi bahan yang stabil, tidak berbau, dan tidak mengganggu. Aktifitas utama dalam proses dekomposisi adalah :
·         Pemecahan senyawa organic kompleks, seperti protein dan urea, menjadi bahan yang lebih sederhana dan lebih stabil;
·         Pengurangan volume dan massa (kadang - kadang sampai 80%) dari bahan yang mengalami dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbondioksida, amoniak, dan nitrogen yang dilepaskan ke atmosfer; Bahan - bahan yang terlarut yang dalam keadaan tertentu meresap kedalam tanah di bawahnya.
·         Penghancuran organisme pathogen yang dalam beberapa hal tidak mampu hidup dalam proses dekomposisi, atau diserang oleh banyak  jasad renik didalam massa yang tengah mengalami dekomposisi. Bakteri memegang peranan penting dalam dekomposisi. Aktifitas bakteri dapat berlangsung dalam suasana aerobik, yakni dalam keadaan terdapat udara, atau anaerobic dalam keadaan tidak terdapat oksigen.
Proses dekomposisi berlangsung pada semua bahan organic mati yang berasal dari tumbuhan atau hewan, terutama pada komponen nitrat, sulfat,atau karbonat yang dikandungnya. Pada kotoran manusia yang merupakan campuran tinja dan air seni yang relative kaya akan senyawa nitrat, proses dekomposisi terjadi melalui siklus nitrogen. Pada siklus ini, pertama - tama, senyawa dipecahkan menjadi amonia dan bahan sederhana lainnya. Kemudian, diubah oleh bakteri nitrit (nitrifying bacteria) menjadi nitrit dan nitrat. Bau merangsang yang timbul selama dekomposisi air seni disebabkan oleh amonia yang terlepas sebelum berubah menjadi bentuk yang lebih stabil. Dekomposisi dapat berlangsung sangat cepat, dari beberapa hari pada dekomposisi mekanis yang sangat terkendali sampai dengan beberapa bulan, bahkan hamper satu tahun pada kondisi rata - rata lubang jamban. Pada umunya, kondisi yang terjadi pada dekomposisi tinja tidak menguntungkan bagi kehidupan organisme pathogen. Bukan hanya karena temperatur dan kandungan airnya yang menghambat pertumbuhan organisme pathogen itu, melainkan kompetisi antara flora bakteri dan protozoa, yang bersifat predator dan merusak.
Hasil akhir proses dekomposisi mengandung nutrient tanah yang bermanfaat dan dapat memberikan keuntungan bila digunakan sebagia pupuk  penyubur tanaman (fertilizer). Kadang - kadang petani mengeluh karena sedikitnya kandungan nitrogen pada tinja yang telah memngalami dekomposisi. Tinja segar memang mengandung lebih banyak bahan nitrogen, namun bahan itu tidak dapat digunakan oleh tanaman pada susunannya yang asli. Tanaman hanya dapat menggunaan nitrogen sebagian amonia, nitrit, atau nitrat yang mana dihasilkan selama dekomposisi tahap lanjutan. Bila tinja segar dihamparkan diatas tanah, kebanyakan nitrogen akan berubah menjadi bahan padat yang menguap ke udara sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

C.    Macam – Macam Warna Feses
Feses umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin (sel darah merah yang mati, yang juga merupakan zat pemberi warna pada feses dan urin). Bilirubin adalah pigmen kuning yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam hati (liver). Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang melalui feses. Fungsinya untuk memberikan warna kuning kecoklatan pada feses. Selain itu warna dari feses ini juga dapat dipengaruhi oleh kondisi medis, makanan serta minuman yang dikonsumsi, karena itu sangat mungkin warna feses berubah sesuai dengan makanan yang dikonsumsi.
©      Warna Kuning Kecoklatan
Feses berwarna Kuning adalah normal. Karena Feses manusia pada umumnya adalah warna ini. Warna keCoklatan ato keKuningan ini disebabkan karena feses mengandung suatu zat berwarna orange-kuning yg disebut Bilirubin. Nah, ketika Bilirubin ini bergabung dgn zat besi dari usus maka akan dihasilkan perpaduan warna cokelat kekuning - kuningan.
©      Warna Hitam Feses
berwarna Hitam bisa jadi mengandung darah dari sistem pencernaan sebelah atas, kerongkongan, lambung ato jg bagian hulu usus halus. Zat Lain yg memberi warna Hitam ke feses kita bisa juga dari zat-zat makanan berwarna Hitam(Licorice), timbal, pil yg mengandung besi, pepto-bismol atau blueberry. Bisa juga karena mengkonsumsi herb (sejenis tumbuhan yang dikenal dengan akar manis).
©      Warna Hijau
Feses warna Hijau didapat dari Klorofil sayuran, seperti bayam yang dikonsumsi. Selain itu pewarna makanan biru atau hijau yang biasa terkandung dalam minuman atau es bisa menyebabkan feses berwarna hijau. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh makanan yang terlalu cepat melewati usus besar sehingga tidak melalui proses pencernaan dengan sempurna. Feses Hijau jg bisa terjadi pada diare, yakni ketika bahan pembantu pencernaan yg diproduksi hati dan disimpan dalam empedu usus tanpa pengolahan atau perubahan. Ada kejadian khusus pada bayi dimana jika feses berwarna hijau dianggap feses normal, khususnya ketika bayi itu baru aja dilahirkan.
©      Warna Merah
Seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini dominan diberi oleh kandungan darah. Darah ini di dapat dari sistem pencernaan bagian bawah. Wasir dan radang usus besar adalah yang menjadi penyebab utama Feses menjadi berwarna merah. Feses merah akibat makanan umumnya disebabkan oleh buah bit, makanan dengan pewarna merah termasuk minuman bubuk dan juga makanan yang mengandung gelatin. Mengkonsumsi tomat juga bisa membuat feses jadi merah.
©   Warna Abu-abu / Pucat
   Sama dalam dunia manusia, wajah pucat menandakan orang yang sakit bukan ? Kali ini feses pucat pun menandakan si empunya Feses sedang dilanda sakit. Biasanya sang empunya sedang mengalami penyakit Liver, pankreas, atau empedu, maka pantat dari sang empu akan berwarna abu-abu atau pucat.





D.    Akibat Buruknya Pembuangan Feses
         Berikut ini adalah permasalahan yang mungkin ditimbulkan akibat buruknya penanganan buangan tinja :
©   Mikroba
Tinja manusia mengandung puluhan miliar mikroba, termasuk bakteri koli-tinja. Sebagian diantaranya tergolong sebagai mikroba patogen, seperti bakteri Salmonela typhi penyebab demam tifus, bakteriVibrio cholerae penyebab kolera, virus penyebab hepatitis A, dan virus penyebab polio. Tingkat penyakit akibat kondisi sanitasi yang buruk di Indonesia sangat tinggi. BAPPENAS menyebutkan, tifus mencapai 800 kasus per 100.000 penduduk. Sedangkan polio masih dijumpai, walaupun dinegara lain sudah sangat jarang.
©      Materi Organik
Kotoran manusia (tinja) merupakan sisi dan ampas makanan yang tidak tercerna. Ia dapat berbentuk karbohidrat, dapat pula protein, enzim, lemak, mikroba dan sel-sel mati. Satu liter tinja mengandung materi organik yang setara dengan 200-300 mg BODS (kandungan bahan organik). 
©      Telur Cacing
Seseorang yang cacingan akan mengeluarkan tinja yang mengandung telu-telur cacing. Beragam cacing dapat dijumpai di perut kita. Sebut saja, cacing cambuk, cacing gelang, cacing tambang, dan keremi. Satu gram tinja berisi ribuan telur cacing yang siap berkembang biak diperut orang lain. Anak cacingan adalah kejadian yang biasa di Indonesia. Penyakit ini kebanyakan diakibatkan cacing cambuk dan cacing gelang. Prevalensinya bisa mencapai 70 persen dari balita.
©      Nutrien
Umumnya merupakan senyawa nitrogen (N) dan senyawa fosfor (P) yang dibawa sisa-sisa protein dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam bentuk senyawa amonium, sedangkan fosfor dalam bentuk fosfat. Satu liter tinja manusia mengandung amonium sekitar 25 gram dan fosfat seberat 30 mg. Senyawa nutrien memacu pertumbuhan ganggang (algae). Akibatnya, warna air menjadi hijau. Ganggang menghabiskan oksigen dalam air sehingga ikan dan hewan lainnya mati.

E.     Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan Feses merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil feces sebagai bahan pemeriksaan , yaitu pemeriksan lengkap dan pemeriksaan kultur.
Jenis makanan serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun konsistensinya.
1.      Indikasi Pemeriksaan :
·         Adanya diare dan konstipasi
·         Adanya ikterus
·         Adanya gangguan pencernaan
·         Adanya lendir dalam tinja
·         Kecurigaan penyakit gastrointestinal
·         Adanya darah dalam tinja
2.      Syarat Pengumpulan Feces :
·         Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan. Bila pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.
·         Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.
·         Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
·         Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher         pemeriksaan tinja sewaktu
·         Pasien konstipasi          
3.      Alur  pemeriksaan :
Pengumpulan bahan Pemeriksaan, Pengiriman dan Pengawetan bahan tinja, Pemeriksaan tinja, serta Pelaporan hasil pemeriksaan.
Jika akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari tinja itu yang memberi kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan umpamanya bagian yang tercampur darah atau lendir dan sebagainya. Oleh Karen unsure-unsur patologik biasanya tidak terdapat merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda – (negative), +, ++ atau +++ saja.
Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas : 
·         Pemeriksaan makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang: konsistensi, warna, darah, lendir). Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus segera diobati, yaitu infeksi karena amuba atau bakteri shigella.
·         Pemeriksaan mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop: leukosit, eritrosit, epitel, amilum, telur cacing dan amuba). Adanya amuba menandakan adanya infeksi saluran cerna terhadap amuba tersebut, dan adanya telur cacing menandakan harus diobatinya pasien dari infeksi parasit tersebut.
·         Pemeriksaan kimia : untuk mengetahui adanya  Darah Samar, Urobilin, Urobilinogen, Bilirubin dalam feses / tinja.


BAB III
PEMBAHASAN “Sputum”
A.    Pengertian
Sputum atau Secret adalah cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain : ludah biasa akan membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian atas permukaan cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah akan menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum hal ini tidak ditemukan . (Widman, 1994)
Sputum paling baik untuk pemeriksaan adalah  sputum pagi hari, karena sputum pagi paling banyak mengandung kuman. Sputum pagi di kumpulkan sebelum menggosok gigi, tetapi sudah berkumur dengan  air untuk membersihkan sisa makanan dalam mulut yang tertinggal. (B. sandjaja, 1992).

B.     Klasifikasi Sputum
Sputum yang dikeluarkan pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistensinya, karena kondisi sputum biassanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
Klasifikasi bentukan sputum dan kemungkinan penyebabnya :
®    Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan berasal dari sinus atau saluran hidung, bukan dari saluran nafas bagian bawah.
®    Sputum banyak sekali dan purulen   proses supuratif (eg. Abses Paru)
®    Sputum yang terbentuk perlahan dan terus meningkat   tanda Bronchitis/ bronchiektasia
®     Sputum kekuning-kuningan   proses infeksi
®     Sputum hijau   proses penimbunan nanah. Warna hijau ini disebabkan adamya verdoferoksidase yang dihasilkan oleh PNM dalam sputum. Sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
®     Sputum merah muda dan berbusa → tanda edema paru akut.
®    Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronkitis kronik.
®    Sputum berbau busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis.

C.    Tujuan Spesimen
Pemeriksaan sputum bersifat mikroskopik dan penting untuk diagnosis etiologi berbagai penyakit pernapasan. Pemeriksaan mikroskopik dapat menjelaskan organism penyebab penyakit pada berbagai pneumonia bacterial, tuberkulosa, serta berbagai jenis infeksi jamur. Pemeriksaan sitologi eksfoliatif pada sputum dapat membantu diagnosis karsinoma paru-paru. Sputum dikumpulkan untuk pemeriksaan dalam mengidentifikasi organisme patogenik dan menentukan apakah terdapat sel-sel malignan atau tidak. Aktifitas ini juga digunakan untuk menkaji sensitivitas (di mana terdapat peningkatan eosinofil). Pemeriksaan sputum secara periodik mungkin diperlukan untuk klien yang mendapat antibiotik, kortikosteroid, dan medikasi imunosupresif dalam jangka panjang, karena preparat ini dapat menimbulkan infeksi oportunistik. Secara umum, kultur sputum digunakan dalam mendiagnosis untuk pemeriksaan sensitivitas obat dan sebagai pedoman pengobatan.


D.    Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum biasanya diperlukan jika diduga adanya penyakit paru. Membran mukosa saluran pernapasan berespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung organisme penyebab. Perhatikan dan catat volume, konsistensi, warna dan bau sputum. Pemeriksaan sputum mencakup pemeriksaan :
v  Pewarnaan Gram,biasanya pemeriksaan ini memberikan cukup informasi tentang organism yang cukup untuk menegakkan diagnose presumtif.
v  Kultur Sputum mengidentifikasi organisme spesifik untuk menegakkan diagnose definitif. Untuk keperluan pemeriksaan ini, sputum harus dikumpulkan sebelum dilakukan terapi antibiotic dan setelahnya untuk menentukan kemanjuran terapi.
v  Basil Tahan Asam (BTA) menentukan adanya mikobacterium tuberculosis, yang setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna oleh alcohol asam.

E.     Pengumpulan Sputum
Sebaiknya klien diinformasikan tentang pemeriksaan ini sehingga akan dapat dikumpulkan sputum yang benar-benar sesuai untuk pemeriksaan ini. Instruksikan pasien untuk mengumpulkan hanya sputum yang berasal dari dalam paru-paru. (Karena sering kali jika klien tidak di jelaskan demikian, klien akan mengumpulkan saliva dan bukan sputum). Biasanya dibutuhkan sekitar 4 ml sputum untuk suatu pemeriksaan laboraturium. Implikasi keperawatan untuk pengumpulan sputum termasuk :
®    Klien yang kesulitan dalam pembentukan sputum atau mereka yang sangat banyak membentuk sputum dapat mengalami dehidrasi, perbanyak asupan cairan klien.
®    Kumpulkan sputum sebelum makan dan hindari kemungkinan muntah karena batuk.
®     Instruksikan klien untuk berkumur dengan air sebelum mengumpulkan specimen untuk mengurangi kontaminasi sputum.
®    Instruksikan klien untuk mengingatkan dokter segera setelah specimen terkumpul sehingga specimen dapat dikirim ke laboraturium secepatnya.
1.      Pengambilan Spesimen
Pengumpulan sputum yang terbaik adalah sputum pagi hari atau sputum semalam dengan jumlah yang terkumpul sebanyak 3-5 ml setiap wadah  penampung sputum. 
2.      Cara pengambilan sputum
Pasien berkumur dengan air garam dahulu, kemudian di beri wadah yang bermulut lebar, mempunyai tutup berulir,  suci hama, tidak mudah pecah, tidak bocor, sekali pakai dibuang (disposible). Pasien dalam posisi berdiri, jika tidak memungkinkan dapat dengan duduk agak membungkuk. Pagi  hari setelah bangun tidur biasanya rangsangan batuk sangat kuat, tetapi penderita di anjurkan untuk menahanya dan menarik nafas dalam-dalam. Kemudian segera di suruh batuk sekuat-kuatnya sehingga merasakan dahak yang dibatukkan keluar dari tenggorokan. Sputum yang keluar di tampung dalam wadah yang di sediakan, mulut wadah penampung dibersihkan dari tetesan dahak lalu di tutup. Wadah diberi label yang yang berisi  nama, alamat, tanggal pengambilan serta nama pengirim.




BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakansalah satu sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan infeksi cacing biasanya mendapatkan infeksi ini melalui tinja (faeces). Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris, celulosa gas indol, skatol, sterkobilinogen dan  bahan patologis. Normal : 100 – 200 gram / hari. Frekuensi defekasi : 3x / hari – 3x / minggu.
Sputum adalah secret yang dikeluarkan dan berasal dari bronchi,bukan bahan yang berasal dari tenggorokan, hidung, ataupun mulut. Pemeriksaan sputum digunakan untuk mengetahui infeksi tertentu seperti pneumonia dan TBC. Pengambilan sampel sputum harus dilakukan sesteril mungkin menghindati kontaminasi dengan bakteri luar. Lebih baiknya menggunakan sputum pagi untuk pemeriksaan. Pemeriksaan sputum meliputi pemeriksaan secara makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan makroskopis yaitu : volume, bau, warna, konsistensi, dan unsure-unsur tertentu. Pemeriksaan mikroskopis dapat dilakuakan dengan sediaan natif dan sediaan pulasan. Bakteri yang dapat ditemukan dalam sputum antara lain flora-flora normaol dalam mulut. Jika ditemukan Mycobacterium tuberculosa merupakan spesifikasi dari penyakuit TBC. Ditemukannya kuman-kuman penyebab pneumonia merupakan salah satu penanda dari penakit pneumonia.


DAFTAR PUSTAKA

http://ulfidewi.blogspot.co.id/2014/12/makalah-pengambilan-spesimen-dalam.html
http://dewiutami91.blogspot.co.id/2011_12_01_archive.html
http://fatimatussadiah.blogspot.co.id/2013_09_01_archive.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar